Rabu, 23 November 2016

Amtsal Al-Qur’an



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, dan membacanya bernilai ibadah. Al-Qur'an berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Setiap muslim tentu menyadari bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang merupakan pedoman hidup dan dasar setiap langkah hidup. Jauh sebelum ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dewasa ini Al-Qur’an telah mendorong umat manusia untuk melakukan kajian terhadap seluruh alam ini, dan terhadap segala yang ada di dalamnya, dengan berbagai perumpamaan.[1]
Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang samar dan abstrak. Sehingga manusia tidak mampu mencernanya jika hanya mengandalkan akalnya saja. maka sering kali ayat-ayat tersebut diperumpamakan (di Tamsilkan) dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu memahaminya.[2]
Untuk memahami itu semua maka ulama tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an yaitu Ilmu Amtsal Al-Qur’an. Berbadasarkan beberapa ulasan maka penulis tertarik membahas suatu topik yang berjudul “Amtsal Al-Qur’an”. 
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Amtsal Al-Qur’an?
2.    Apa saja jenis-jenis Amtsal dalam Al-Qur’an?
3.    Apa faedah Amstsal?

C.  Tujuan Pembahasan
1.    Untuk mengetahui pengertian Amtsal Al-Qur’an
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis Amtsal dalam Al-Qur’an
3.    Untuk mengetahui faedah Amstsal
BAB II
Amtsal Al-Qur’an

A.  Pengertian Amtsal Al-Qur’an
       Secara bahasa Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal yang artinya sama atau serupa.[3] Dilihat dari segi wazannya kata matsal, mitsl, dan matsil serupa dengan syabah, syibh, dan syabih, baik lafadh maupun maknanya.[4]
       Menurut Abdul Djalal secara bahasa Amtsal terbagi menjadi tiga macam:
1.    Bisa berati perumpamaan, gambaran, atau perserupaan;
2.    Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaan amat asing dan aneh;
3.    Bisa juga berarti sifat, atau keadaan  atau tingkah laku yang mengherankan pula.[5]
Adapun secara Istilah menurut para ahli sastra adalah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju. Misalnya firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat ke-21:
šù=Ï?ur ã@»sVøBF{$# $pkæ5ÎŽôØtR Ĩ$¨Z=Ï9 óOßg¯=yès9 šcr㍩3xÿtGtƒ 
Artinya:
“...Itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir”.[6]
Adapun menurut Ibn Qayyim Amtsal adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang kongkrit. Salah satu contohnya ialah Q.S. Yunus ayat 24:
$yJ¯RÎ) ã@sWtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# >ä!$yJx. çm»uZø9tRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$#
Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit. [7]
Kata masal juga digunakan untuk menunjukkan arti “keadaan” dan kisah yang menakjubkan”. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata “masal” dalam sejumlah besar ayat. Seperti firman Allah dalam surat Muhammad ayat 15:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ
Artinya:
“(Apakah) masal surga yang didalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya…” Maksudnya, kisah dan sifat surga yang sangat mengagumkan.[8]
Beradarkan uraian di atas mengenai definisi Amtsal maka dapat ditarik benang merah bahwa Amtsal berarti keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang kongkrit, serta kisah-kisah yang menakjubkan.

B.  Jenis-Jenis Perumpamaan dalam Al-Qur’an
Secara garis besar, Amtsal Al-Qur’an terbagi menjadi dua. Pertama perumpamaan yang disebutkan secara jelas dan tegas. Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Itqaan menyebutnya sebagai matsal zhahir musharrah bih. Sedangkan yang kedua disebutkan secara tersirat (matsal kaamin). Namun apabila diamati secara seksama maka amtsal Al-Qur’an bisa dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.    Al-amtsal Al-musharrahah
Al-amtsal Al-musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas yang di dalamnya terdapat lafazh matsal atau lafazh lain yang menunjukkan arti persamaan atau perumpamaan.[9] Amtsal jenis ini banyak terdapat dalam al-Qur’an.  Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 261:
ã@sW¨B tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムóOßgs9ºuqøBr& Îû È@Î6y «!$# È@sVyJx. >p¬6ym ôMtFu;/Rr& yìö7y Ÿ@Î/$uZy Îû Èe@ä. 7's#ç7/Yß èps($ÏiB 7p¬6ym 3 ª!$#ur ß#Ï軟Òム`yJÏ9 âä!$t±o 3 ª!$#ur ììźur íOŠÎ=tæ
Artinya: 
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dalam ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang yang mau berinfak dengan menyamakannya terhadap orang yang menanam 1 butir biji yang kelak menghasilkan 700 butir biji. Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman pada ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ…). Dalam ayat ini yang disamakan adalah keuntungan.
2.    Al-amtsal Al-kaaminah 
Al-amtsal Al-kaaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafazh tamsil (perummamaan), akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. [10]
Salah satu contoh Al-amtsal Al-kaaminah adalah sebagaimana ungkapan yang disebutkan orang Arab yang berupa خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا (sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan ini merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya: [11]
            Surat al-Baqarah ayat 68:
إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ…
Artinya: 
…Bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…
Surat al-Furqan ayat 67:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

Artinya: 
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Surat al-Israa’ ayat 29:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
Artinya:
 “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
                  Surat al-Israa’ ayat 110:
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
Artinya: 
…Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.
Begitu juga masih banyak ungkapan orang-orang arab yang merupakan hasil perumpamaan al-Qur’an.
3.    Al-amtsal Al-mursalah,
Al-amtsal Al-mursalah, yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas yang tidak jelas tanpa menggunakan lafazh tasybih. Al-amtsal al-mursalah ini adalah beberapa ayat al-Qur’an yang berlaku sebagai perumpamaan. [12] Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51: [13]
قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ…
Artinya: 
…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu…

Begitu juga pada surat al-Baqarah ayat 216:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ…
Artinya: 
…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…
Begitu juga pada surat Al-Najm ayat 58:
}§øŠs9 $ygs9 `ÏB Èbrߊ «!$# îpxÿÏ©%x.
Artinya :
Tidak ada yang menyatakan terjadinya hari itu selain Allah”.
Begitu juga pada surat Al-Isra’ ayat 84:
ö@è% @@à2 ã@yJ÷ètƒ 4n?tã ¾ÏmÏFn=Ï.$x©
Artinya:
Katakanlah, tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing”.

C.    Faedah-faedah Amtsal Al-Qur’an
Apabila diamati berbagai macam dan contoh Amtsal dalam Al-Qur’an, maka ditemukan bahwa pengungkapan Amtsal dalam Al-Qur’an mempunyai banyak faedah. Di antara faedah-faedah tersebut adalah:
1.    Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya bisa digambarkan dalam pikiran) ke dalam bentuk sesuatu yang konkrit (material) yang dapat dirasakan indera manusia, sehingga akal dapat menerima pesan yang disampaikan oleh perumpamaan itu. Karena makna yang abstrak bisa jadi membuat hati masih ragu maka perlu adanya penggambaran dalam bentuk konkret agar mudah dicerna. [14] Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 264:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا…
Artinya: 
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan…”.
Dalam ayat tersebut, hilangnya pahala sedekah (abstrak) yang disebabkan riya’ (pamer) disamakan dengan hilangnya debu di atas batu licin (konkret) yang disebabkan hujan. [15]
2.    Dapat mengungkapkan kenyataan dan bisa mengkongkritkan hal yang abstrak.[16] Contohnya seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ…
Artinya: 
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila…”.
Ayat di atas adalah menceritakan keadaan pemakan riba ketika bangkit dari kubur kelak pada hari kiamat. Keadaan mereka pada saat itu yang masih gaib diserupakan dengan keadaan orang gila yang kemasukan setan. [17]
3.    Menghimpun makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang singkat padat, sebagaimana yang terdapat dalam amtsal kaaminah  amtsal mursalah, dan sebagainya.[18]
Contohnya seperti dalam surat Al-mukminun ayat 53:
@ä. ¥>÷Ïm $yJÎ/ öNÍköys9 tbqãm̍sù  
Artinya:
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
4.  Mendorong orang untuk beramal dan menimbulkan minat dalam ibadah dengan melaksanakan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam al-Qur’an.[19] Contohnya seperti dalam surat al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
Artinya: 
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dengan adanya iming-iming lipat gandanya pahala bagi orang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan menyerupakannya kepada keuntungan besar yang diraih seseorang dalam menanam biji-bijian maka manusia akan  terdorong untuk beramal. [20]
5.    Dapat menjauhkan seseorang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut. [21]Seperti tentang larangan bergunjing dalam surat al-Hujurat ayat 12:

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ…
Artinya: 
…Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya….
            Manusia pasti akan merasa jijik dan tidak suka memakan daging orang lain yang telah meninggal. Karena itulan Allah SWT menyamakan perbuatan menggunjing orang lain dengan hal tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu. [22]
6.    Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada para sahabat Rasulullah dalam surat al-Fath ayat 29:

ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ…
Artinya:
 “…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)…”
Dalam ayat ini Allah para sahabat Rasul. Pada permulaan Islam, kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari 10. Namun dalam waktu yang terbilang singkat, yaitu 23 tahun, para sahabat jumlahnya menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam peristiwa fathu Makkah. [23]
7.    Digunakan untuk mencela. Ini menggambarkan sesuatu yang menjadi perumpamaan yang dianggap buruk oleh manusia. [24] Seperti  keadaan orang yang dikaruniai kitabullah tetapi ia tersesat hingga ia tidak mengamalkannya, dalam surat al-A’raf ayat 176:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا…
Artinya: 
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…
Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, Allah menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. [25]
8.    Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih mantap dalam menyampaikan nasihat atau peringatan (larangan) serta lebih serta lebih dapat memuaskan hati.[26] Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat 27:
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Artinya: 
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.





BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian di atas tentang Amtsal Al-Qur’an, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Amtsal al-Qur’an  adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
2.      Amtsal al-Qur’an terdiri dari beberapa jenis  diantaranya  Al-amtsal Al-musharrahah, Al-amtsal Al-kaaminah, Al-amtsal Al-mursalah.
3.     Adapun faedah mempelajari  Amtsal Al-Qur’an  yang terpenting adalah mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia sehingga manusia dapat mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik serta menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, selain itu Amtsal al-Qur’an juga lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.



















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalal, 2008. Ulumul Qur’an, cet. 3, Surabaya: Dunia Ilmu.

Fuad kauma, 2004. Tamsil Al-Qur’an: Memahami Pesan-pesan Moral dalam Ayat-ayat Tamsil, Yogyakarta: Mitra Pusaka.

Manna Khalil Al-Qatan, 2006. Pengantar Ilmu Studi Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kausar.
------------ , 2001. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, cet.6, Pustaka Lintera Antar Nusa.

Supiana, dan Karman, 2002. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Islamika.

Muhammad Chirzin, 1998.  Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.




[1]Fuad kauma, Tamsil Al-Qur’an: Memahami Pesan-pesan Moral dalam Ayat-ayat Tamsil, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2004), h. 5.

[2]  Muhammad Chirzin. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), h. 125.

[3]Supiana, dan Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h. 253.

[4] Manna khalil Al-Qatan, Pengantar Ilmu Studi Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2006), h. 352.

[5] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, cet. 3 (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008), h.309.

[6] Supiana, dan Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h. 254.

[7]Fuad kauma, Tamsil Al-Qur’an:..., (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2004), h. 338.

[8] Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.402.

[9] Fuad kauma, Tamsil Al-Qur’an: ..., (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2004), h. 34.

[10] Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.402.
[11] Supiana, dan Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h. 259-260.

[12] Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.402.

[13] Supiana, dan Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h. 261-262.

[14] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[15] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[16] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, cet. 3 (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008), h.323.

[17] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[18] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, cet. 3 (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008), h.323.

[19] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[20] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.


[21] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[22] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[23] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[24] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[25] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

[26] Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu ..., cet.6, (Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001), h.409-411.

SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 11.  Surat Apakah di dalam al-Qur’an yang menerangkan tentang keesaan Allah swt? a.     al-‘Ashr b. ...