Rabu, 23 November 2016

kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar  Belakang
Indonesia merupakan Negara terbesar jumlah umat Islamnya. Islam merupakan agama yang menyangkut seluruh isi kehidupan manusia. Untuk mewujudkan pemahaman Islam secara menyeluruh diperlukan proses pendidikan, proses pendidikan itu haruslah memberikan pemahaman kepada pemeluknya tentang ajaran Islam yang sebenarnya. Maka, dengan meningkatnya mutu pendidikan terutama yang berkaitan dengan aspek agama dapat disiasati dengan mengadakan laboratorium PAI baik di SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi.
Laboratorium adalah suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam pengertian sempit laboratorium sering diartikan sebagai tempat yang berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap yang di dalamnya terdapat sejumlah alat dan bahan praktikum.[1] Menurut Moh. Amin laboratorium yang tersedia merupakan suatu tempat latihan yang memiliki kesamaan operasional dan peralatan kelengkapan akademik dalam menunjang kegiatan proses belajar mengajar. [2]
Berdasarkan uraian di atas maka Laboratorium PAI sangat penting ada di sekolah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, sangat disayangkan karena kebanyakan sekolah secara umum belum memiliki Laboratorium PAI secara khusus, sehingga menyulitkan guru maupun siswa terhadap keberlangsungan pembelajaran maupun praktikum PAI. Selain itu, minimnya pengetahuan beberapa pendidik terhadap standar laboratorium PAI sesuai Amanat Kementrian Agama Nomor 211 tahun 2011.
Oleh karena itu salah satu sekolah yaitu sekolah SMP 2 Banda Aceh mengambil sebuah kebijakan lain yaitu menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk menggantikan Laboratorium PAI, sehingga dapat mempermudah para guru dan siswa/i untuk mempraktekkan pembelajaran PAI. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan Laboratorium PAI (mushalla) dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP 2 Banda Aceh. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan judulPengelolaan Laboratorium PAI dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di Sekolah”.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah konsep pengelolaan Laboratorium PAI?
2.    Bagaimanakah pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh?
3.    Apakah pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh dapat meningkatkan kreativitas siswa?

C.  Definisi Operasional
Agar penelitian ini lebih terarah, perlu kiranya dibuat definisi operasional yaitu sebagai berikut:
Pengelolaan Laboratorium PAI yang dimaksud disini yaitu mengelola mushalla sebagai pengganti laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh.
Adapun yang dimaksud dengan kreatif dalam kamus besar Bahasa Indonesia ialah daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru.[3] Hasil yang diperoleh merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal baru dan bermanfaat.[4]
Oleh karena itu penggunaan mushalla sebagai Laboratorium PAI yang dimaksud disini yaitu dapat membuat siswa mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan di praktekkan di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.

D.  Metodologi penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif “merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati”.[5]
Adapun pengumpulan data pada karya ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi mengenai pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Pengelolaan Laboratorium PAI
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pada bab 1 pasal 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[6]
Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut, sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikanpun memiliki peranan yang sangat beasar untuk keberhasilan suatu pendidikan. Mulai dari pearan guru, lingkungan belajar sampai pada ketersediaan fasilitas belajar mengajar. Salah satu fasilitas dalam proses belajar mengajar yang tidak boleh dikesampingkan adalah laboratorium.
Dewasa ini mengupayakan peningkatan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sangat diperlukan laboratorium sebagai tempat berlatih dan untuk mengadakan percobaan serta pengamatan. Laboratorium pendidikan menengah meliputi Laboratorium IPA dan Laboratorium Non IPA.[7] Pendidikan Agama Islam juga membutuhkan sarana dan fasilitas apabila ada Laboratorium IPA, laboratorium Biologi, Laboratorium Bahasa, maka sekolah juga membutuhkan Laboratorium PAI di samping adanya masjid.[8]
Keberadaan laboratorium untuk kemajuan lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi bahkan pesantren sangatlah penting. Setiap pelajaran memerlukan ruang khusus sebagai media pembelajaran. Adapun alasan pentingnya laboratorium di sekolah ialah sebagai berikut:
a.    Kreatifitas siswa tidak akan terwujud tanpa adanya media (laboratorium);
b.    Kegiatan-kegiatan yang terpusat pada pengembangan keterampilan proses, keterampilan motorik serta pembentukan sikap ilmiah, hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya laboratorium;
c.    Sikap mandiri siswa hanya bisa dibangun dengan adanya laboratorium.
Dengan demikian, melihat begitu banyaknya manfaat laboratorium seiring dengan perkembangan dalam pengajaran dan pengembangan kurikulum yang semakin komplek.[9] Maka adanya Laboratorium PAI sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan.
Hal ini dikarenakan Laboratorium PAI didalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan media pembelajaran sehingga siswa bisa lebih kreatif dengan cara melakukan praktek, penelitian dan percobaan terhadap materi yang dipelajari, sehingga akan membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya dan mampu mengembangkan kompetensi yang berkenaan dengan PAI.
Selajutnya Rita Mariyana dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Ranty Lembayu mengatakan  laboratorium dapat diartikan sebagai lingkungan belajar atau tempat bagi anak untuk bereksplorasi, bereksperimen dan mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan informasi baru sebagai wujud dari hasil belajar.[10]
Adapun pengelolaan menurut Rita Mariyana dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Ranty Lembayu menyatakan bahwa istilah pengelolaan merupakan terjemahan dari kata manajement, berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan dan memperlakukan. Namun kata management sendiri sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang berarti sama dengan istilah pengelolaan yakni sebagai suatu proses mengordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.[11]
Maka pengelolaan laboratorium PAI adalah suatu pengaturan dimana pengelolaan memiliki beberapa tahapan yaitu, tahapan perencanaan, pengorganisaian, pelaksanaan, dan pengasawasan untuk berjalannya kegiatan keagamaan yang sesuai dengan standarisasi dari Kementrian Agama Pusat yang berjalan secara efektif dan efisien.
Adapun konsep pengelolaan laboratorium PAI yang dimaksud dalam kajian ini ialah suatu konsep yang dapat mengelola mushalla sebagai pengganti laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh.

B.  Pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh
1.      Profil
Sebelum membahas pengelolaan Laboratorium PAI terlebih dahulu kajian ini akan membahas mengenai profil sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh Berdasarkan data dokumentasi sekolah, maka diketahui bahwa sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh ini didirikan oleh Pemerintah Daerah pada tanggal 01 Agustus 1960, yang bertempat di jalan Ayah Ghani, kelurahan Bandar Baru Lamprit, kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan nomor statistik  201066102000, sekolah  ini  juga  sudah  teragreritasi  (SK BAP S/M Aceh No.627/BAP-SM.ACEH 2011), selain itu dewasa ini  gedung-gedung di sekolah juga sudah permanen.[12]
            Ada kemungkinan besar ketika awal-awal didirikan sekolah ini oleh Pemerintah Daerah gedung-gedungnya belum permanen, sarana prasarana di sekolahpun belum medai, tetapi seiring perkembangan zaman, gedung-gedung di sekolah terus direnovasi, dari gedung yang tidak permanen ke semi permanen hingga ke gedung permanen dan indah seperti sekarang ini dengan jumlah ruang 24 ruangan secara keseluruhan. [13]
            Adapun jenis bangunan yang mengelilinginya yaitu perumahan masyarakat di kawasan Lampriet, TK dan Sekolah Dasar, Kantor Lurah, Lapangan Basket.
2.      Kondisi Guru
Keadaan guru pada sekolah SMP Negeri 2 ini sudah sangat memadai. Sekolah ini salah satu Sekolah Menengah Pertama dibawah naungan Dinas Pendidikan banda Aceh. Sampai saat ini jumlah guru yang mengajar disekolah adalah 54 orang guru tetap dan 4 orang guru tidak tetap, yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah dan 48 guru mata pelajaran, serta 10 orang pegawai tata usaha (6 orang PNS dan 4 orang tenaga honor).
3.      Sarana prasarana
Tabel 2.1. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Banda Aceh
No.
Jenis/ Sarana
Jumlah
Luas (m2)
Kondisi
1.
Ruang Kepala Sekolah
1 Buah
30
Baik
2.
Ruang Dewan Guru
1 Buah
150
Baik
3.
Ruang Teori/ Kelas
24 Buah
1.540
Baik
4.
Laboratorium IPA
1 Buah
100
Baik
5
Laboratorium Biologi
1 Buah
59,5
Baik
6.
Ruang TU
1 Buah
75
Baik
7.
Ruang UKS
1 Buah
20
Baik
8.
Lapangan Olahraga Voli dan Basket
2 Buah
468
Baik
9.
Ruang BK
1 Buah
12
Baik
10.
Ruang Perpustakaan Multimedia
1 Buah
6
Baik
11.
Laboratorium Bahasa
1 Buah
100
Baik
12.
Mushalla
1 Buah
100
Baik
13.
Kantin
5 Buah
350
Baik
14.
Laboratorium Komputer
1 Buah
150
Baik
15.
Ruang Perpustakaan Konvensional
1 Buah
200
Baik
16.
Rumah Penjaga Sekolah
1 Buah
75
Baik
17.
Unit Produksi/ Ruang Satpam
1 Buah
7
Baik
18.
WC Guru Laki-laki
1 Buah
4
Baik
19.
WC Guru Perempuan
1 Buah
4
Baik
20.
WC Siswa Laki-laki
3 Buah
9
Baik
21.
WC Siswa Perempuan
2 Buah
6
Baik
22.
Ruang Serbaguna/ Aula
1 Buah
180
Baik
Sumber : Data dari SMP Negeri 2 Banda Aceh 2016.
4.      Pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh
Pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh ini dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan satu orang guru PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh yaitu ibu Netty Meirawati, berdasarkan hasil observasi, maka dapat diketahui bahwa sekolah SMP 2 Banda Aceh ini menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk menggantikan Laboratorium PAI, sehingga dapat mempermudah para guru dan siswa/i untuk mempraktekkan pembelajaran PAI.[14]
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan di mushalla ini membuat siswa semakin kreatif, hal ini dikarenakan guru menggunakan metode demostrasi dan Model kooperatif learning pada materi yang diajarkannnya misalnya materi Tahyyiz Mayat, sehingga siswa bersama teman-teman sekelompoknya dapat mempraktekkan langsung materi yang mereka pelajari melalui alat-alat praga yang telah disiapkan oleh guru. [15]
Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Netty Meirawati diketahui bahwa Laboratorium PAI sangat penting ada di sekolah, akan tetapi sangat disayangkan sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh belum memiliki Laboratorium PAI secara khusus, sehingga menyulitkan guru maupun siswa terhadap keberlangsungan pembelajaran maupun praktikum PAI. Oleh karena itu sekolah SMP 2 Banda Aceh mengambil sebuah kebijakan lain yaitu menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk menggantikan Laboratorium PAI. [16]
Berdasarkan kebijakan ini dapat mempermudah guru dan siswa terhadap keberlangsungan pembelajaran maupun praktikum PAI, serta membuat siswa lebih kreatif dalam menggunakan mushalla sebagai Laboratorium PAI. Oleh karena itu pada sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh ini menggunakan mushalla sebagai pengganti Laboratorium PAI.

C.  Pengelolaan Laboratorium PAI dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa
Pengelolaan Laboratorium PAI bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa di SMP Negeri 2 Banda Aceh. Oleh karena itu peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan satu orang guru PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh yaitu ibu Netty Meirawati.
Berdasarkan hasil observasi, maka dapat diketahui bahwa pada sekolah SMP 2 Banda Aceh ini menggunakan mushalla sebagai pengganti Laboratorium PAI, sehingga siswa dapat membuat mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan dipraktekkan di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. [17]
Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Netty Meirawati diketahui bahwa penggunaan mushalla sebagai pengganti Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh, dapat mempermudah para guru dan siswa/i untuk mempraktekkan pembelajaran PAI. Berdasarkan praktikum-praktikum yang dilakukan di mushalla ini dapat membuat siswa semakin kreatif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran PAI. [18]
Hal ini dikarenakan siswa dapat menggabungkan antara penggalaman yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-harinya dengan teori yang didapatkan di sekolah dan dipraktekkan bersama teman sekelompoknya di mushalla dengan menggunakan alat peraga yang telah disediakan sekolah, sehingga menjadi pengalaman baru bagi siswa.



D.  Analisis
Laboratorium PAI di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan media pembelajaran sehingga siswa bisa lebih kreatif dengan cara melakukan praktek, penelitian dan percobaan terhadap materi yang dipelajari, sehingga akan membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya dan mampu mengembangkan kompetensi yang berkenaan dengan PAI.
Selajutnya Rita Mariyana dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Ranty Lembayu mengatakan laboratorium dapat diartikan sebagai lingkungan belajar atau tempat bagi anak untuk bereksplorasi, bereksperimen dan mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan informasi baru sebagai wujud dari hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka Laboratorium PAI sangat penting ada di sekolah, akan tetapi sangat disayangkan sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh belum memiliki Laboratorium PAI secara khusus, sehingga menyulitkan guru maupun siswa terhadap keberlangsungan pembelajaran maupun praktikum PAI.
Oleh karena itu sekolah SMP 2 Banda Aceh ini menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk menggantikan Laboratorium PAI, sehingga dapat mempermudah para guru dan siswa/i untuk mempraktekkan pembelajaran PAI. Dari praktikum-praktikum yang dilakukan di mushalla inilah yang membuat siswa semakin kreatif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran PAI.
Adapun yang dimaksud dengan kreatif dalam kamus besar Bahasa Indonesia ialah daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil yang diperoleh merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal baru dan bermanfaat.
Oleh karena itu penggunaan mushalla sebagai Laboratorium PAI dapat membuat siswa mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan di praktekkan di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.

BAB III
KESIMPULAN

            Berdasarkan uraian di atas yang berjudul “Pengelolaan Laboratorium PAI dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di Sekolah” maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.    Konsep pengelolaan Laboratorium PAI yang dimaksud dalam kajian ini ialah suatu konsep yang dapat mengelola mushalla sebagai pengganti laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh.
2.    Pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh sangat baik, hal ini dikarenakan guru menggunakan metode demostrasi dan Model kooperatif learning pada materi yang diajarkannnya misalnya materi Tahyyiz Mayat, sehingga siswa bersama teman-teman sekelompoknya dapat mempraktekkan langsung materi yang mereka pelajari.
3.    Pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh dapat meningkatkan kreativitas siswa, yaitu dengan cara siswa mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan di praktekkan di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.













DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional,  2008. Kamus Bahasa IndonesiaI, Jakarta: Pusat Bahasa.

Depdiknas, 2006. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama.

Fuad  Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, 2002. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, Jogjakarta: Menara Kudus.

Haidar Putra Daulay dan Nurgapasa, 2012. Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan Bangsa, Jakarta: rineka cipta.

Lexy. J. Moelong, 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Cipta Rosda Karya.

Moh. Amin, 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktiktikum Pendidikan IPA Umum Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakakta: P2LPTK Depdikbud.

Popi Sopiatin,  2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, Bogor: Ghalia Indonesia.

Ranty Lembayu, 2015. Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Agama Islam, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Richad Decaprio, 2013. Tips Mengelola  Laboratorium Sekolah, Yogyakarta: DiVA Press.








[1] Moh. Amin, Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktiktikum Pendidikan IPA Umum Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakakta: P2LPTK Depdikbud, 1988), h.1.

[2] Moh. Amin, Buku Pedoman Laboratorium..., h.1.

[3] Departemen Pendidikan Nasional,  Kamus Bahasa IndonesiaI, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 835.

[4] Fuad  Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), h.33.

[5] Lexy. J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Cipta Rosda Karya, 2006), h.4.


[6]  Depdiknas, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama, 2006), h. 5.

[7] Popi Sopiatin,  Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 85.

[8] Haidar Putra Daulay dan Nurgapasa, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: rineka cipta, 2012), h. 39.

[9] Richad Decaprio, Tips Mengelola  Laboratorium Sekolah,  (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), h. 20-22.

[10] Ranty Lembayu, Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), h. 5-6.

[11] Ranty Lembayu, Pengelolaan Laboratorium ..., h. 5-6.

[12] Data Dokumentasi Sekolah  SMP Negeri 2 Banda Aceh 2016.

[13] Data Dokumentasi Sekolah  SMP Negeri 2 Banda Aceh 2016.

[14] Hasil observasi di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.

[15] Hasil observasi di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.

[16] Hasil wawancara di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.

[17] Hasil observasi di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.

[18] Hasil wawancara  di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 11.  Surat Apakah di dalam al-Qur’an yang menerangkan tentang keesaan Allah swt? a.     al-‘Ashr b. ...