BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan
Negara terbesar jumlah umat Islamnya. Islam merupakan agama yang menyangkut
seluruh isi kehidupan manusia. Untuk mewujudkan pemahaman Islam secara
menyeluruh diperlukan proses pendidikan, proses pendidikan itu haruslah
memberikan pemahaman kepada pemeluknya tentang ajaran Islam yang sebenarnya.
Maka, dengan meningkatnya mutu pendidikan terutama yang berkaitan dengan aspek
agama dapat disiasati dengan mengadakan laboratorium PAI baik di SD, SMP, SMA
maupun Perguruan Tinggi.
Laboratorium adalah
suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam pengertian
sempit laboratorium sering diartikan sebagai tempat yang berupa gedung yang
dibatasi oleh dinding dan atap yang di dalamnya terdapat sejumlah alat dan
bahan praktikum.[1]
Menurut Moh. Amin laboratorium yang tersedia merupakan suatu tempat latihan
yang memiliki kesamaan operasional dan peralatan kelengkapan akademik dalam
menunjang kegiatan proses belajar mengajar. [2]
Berdasarkan uraian di
atas maka Laboratorium PAI sangat penting ada di sekolah. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan, sangat disayangkan karena kebanyakan sekolah secara umum belum
memiliki Laboratorium PAI secara khusus, sehingga menyulitkan guru maupun siswa
terhadap keberlangsungan pembelajaran maupun praktikum PAI. Selain itu,
minimnya pengetahuan beberapa pendidik terhadap standar laboratorium PAI sesuai
Amanat Kementrian Agama Nomor 211 tahun 2011.
Oleh karena itu salah
satu sekolah yaitu sekolah SMP 2 Banda Aceh mengambil sebuah kebijakan lain
yaitu menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk menggantikan
Laboratorium PAI, sehingga dapat mempermudah para guru dan siswa/i untuk
mempraktekkan pembelajaran PAI. Adapun penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengelolaan Laboratorium PAI (mushalla) dalam meningkatkan
kreativitas siswa di SMP 2 Banda Aceh. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan judul “Pengelolaan
Laboratorium PAI dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di Sekolah”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang
diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep pengelolaan Laboratorium PAI?
2. Bagaimanakah pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh?
3. Apakah pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh dapat
meningkatkan kreativitas siswa?
C. Definisi Operasional
Agar penelitian ini lebih terarah, perlu kiranya dibuat definisi
operasional yaitu sebagai berikut:
Pengelolaan Laboratorium PAI yang dimaksud disini yaitu mengelola mushalla sebagai
pengganti laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh.
Adapun yang dimaksud
dengan kreatif dalam kamus besar Bahasa Indonesia ialah daya cipta atau
kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru.[3] Hasil
yang diperoleh merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal baru dan bermanfaat.[4]
Oleh karena itu
penggunaan mushalla sebagai Laboratorium PAI yang dimaksud disini yaitu dapat
membuat siswa mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di
sekolah dan di praktekkan di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan
bermanfaat.
D. Metodologi penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif “merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati”.[5]
Adapun
pengumpulan data pada karya ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi mengenai pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2
Banda Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pengelolaan Laboratorium PAI
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pada bab 1 pasal 1, tentang
Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[6]
Tujuan
Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut, sekolah
sebagai lembaga penyelenggara pendidikanpun memiliki peranan yang sangat beasar
untuk keberhasilan suatu pendidikan. Mulai dari pearan guru, lingkungan belajar
sampai pada ketersediaan fasilitas belajar mengajar. Salah satu fasilitas dalam
proses belajar mengajar yang tidak boleh dikesampingkan adalah laboratorium.
Dewasa
ini mengupayakan peningkatan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
sangat diperlukan laboratorium sebagai tempat berlatih dan untuk mengadakan
percobaan serta pengamatan. Laboratorium pendidikan menengah meliputi
Laboratorium IPA dan Laboratorium Non IPA.[7]
Pendidikan Agama Islam juga membutuhkan sarana dan fasilitas apabila ada
Laboratorium IPA, laboratorium Biologi, Laboratorium Bahasa, maka sekolah juga
membutuhkan Laboratorium PAI di samping adanya masjid.[8]
Keberadaan
laboratorium untuk kemajuan lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan
tinggi bahkan pesantren sangatlah penting. Setiap pelajaran memerlukan ruang
khusus sebagai media pembelajaran. Adapun alasan pentingnya laboratorium di
sekolah ialah sebagai berikut:
a. Kreatifitas siswa tidak akan terwujud tanpa adanya media (laboratorium);
b. Kegiatan-kegiatan yang terpusat pada pengembangan keterampilan proses,
keterampilan motorik serta pembentukan sikap ilmiah, hal ini tidak akan
terwujud tanpa adanya laboratorium;
c. Sikap mandiri siswa hanya bisa dibangun dengan adanya laboratorium.
Dengan demikian, melihat begitu banyaknya manfaat laboratorium seiring
dengan perkembangan dalam pengajaran dan pengembangan kurikulum yang semakin
komplek.[9] Maka
adanya Laboratorium PAI sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan.
Hal ini dikarenakan Laboratorium PAI didalam pelaksanaan proses belajar
mengajar merupakan media pembelajaran sehingga siswa bisa lebih kreatif dengan
cara melakukan praktek, penelitian dan percobaan terhadap materi yang
dipelajari, sehingga akan membantu siswa dalam memahami materi yang
dipelajarinya dan mampu mengembangkan kompetensi yang berkenaan dengan PAI.
Selajutnya
Rita Mariyana dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Ranty Lembayu mengatakan laboratorium dapat diartikan sebagai
lingkungan belajar atau tempat bagi anak untuk bereksplorasi, bereksperimen dan
mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan informasi baru sebagai wujud
dari hasil belajar.[10]
Adapun
pengelolaan menurut Rita Mariyana dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Ranty
Lembayu menyatakan bahwa istilah pengelolaan merupakan terjemahan dari kata manajement,
berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan,
mengelola, mengendalikan dan memperlakukan. Namun kata management sendiri
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang berarti
sama dengan istilah pengelolaan yakni sebagai suatu proses mengordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efektif
dan efisien.[11]
Maka
pengelolaan laboratorium PAI adalah suatu pengaturan dimana pengelolaan
memiliki beberapa tahapan yaitu, tahapan perencanaan, pengorganisaian,
pelaksanaan, dan pengasawasan untuk berjalannya kegiatan keagamaan yang sesuai
dengan standarisasi dari Kementrian Agama Pusat yang berjalan secara efektif
dan efisien.
Adapun
konsep pengelolaan laboratorium PAI yang dimaksud dalam kajian ini ialah suatu
konsep yang dapat mengelola mushalla sebagai pengganti laboratorium PAI di SMP
Negeri 2 Banda Aceh.
B. Pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda
Aceh
1. Profil
Sebelum membahas pengelolaan Laboratorium PAI terlebih dahulu kajian ini
akan membahas mengenai profil sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh Berdasarkan
data dokumentasi sekolah, maka diketahui bahwa sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh ini didirikan oleh
Pemerintah Daerah pada tanggal 01 Agustus 1960, yang bertempat di jalan Ayah
Ghani, kelurahan Bandar Baru Lamprit, kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh,
dengan nomor statistik 201066102000,
sekolah ini juga
sudah teragreritasi (SK BAP S/M Aceh No.627/BAP-SM.ACEH 2011),
selain itu dewasa ini gedung-gedung di
sekolah juga sudah permanen.[12]
Ada kemungkinan besar ketika awal-awal didirikan sekolah
ini oleh Pemerintah Daerah gedung-gedungnya belum permanen, sarana prasarana di
sekolahpun belum medai, tetapi seiring perkembangan zaman, gedung-gedung di
sekolah terus direnovasi, dari gedung yang tidak permanen ke semi permanen
hingga ke gedung permanen dan indah seperti sekarang ini dengan jumlah ruang 24
ruangan secara keseluruhan. [13]
Adapun jenis bangunan yang
mengelilinginya yaitu perumahan masyarakat di kawasan Lampriet, TK dan Sekolah
Dasar, Kantor Lurah, Lapangan Basket.
2. Kondisi Guru
Keadaan guru pada sekolah SMP Negeri 2 ini sudah sangat memadai.
Sekolah ini salah satu Sekolah Menengah Pertama dibawah naungan Dinas
Pendidikan banda Aceh. Sampai saat ini jumlah guru yang mengajar disekolah
adalah 54 orang guru tetap dan 4 orang guru tidak tetap, yang terdiri dari 1
orang kepala sekolah dan 48 guru mata pelajaran, serta 10 orang pegawai tata
usaha (6 orang PNS dan 4 orang tenaga honor).
3. Sarana prasarana
Tabel
2.1. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Banda Aceh
|
No.
|
Jenis/
Sarana
|
Jumlah
|
Luas
(m2)
|
Kondisi
|
|
1.
|
Ruang Kepala Sekolah
|
1 Buah
|
30
|
Baik
|
|
2.
|
Ruang Dewan Guru
|
1 Buah
|
150
|
Baik
|
|
3.
|
Ruang Teori/ Kelas
|
24 Buah
|
1.540
|
Baik
|
|
4.
|
Laboratorium IPA
|
1 Buah
|
100
|
Baik
|
|
5
|
Laboratorium Biologi
|
1 Buah
|
59,5
|
Baik
|
|
6.
|
Ruang TU
|
1 Buah
|
75
|
Baik
|
|
7.
|
Ruang UKS
|
1 Buah
|
20
|
Baik
|
|
8.
|
Lapangan Olahraga Voli dan Basket
|
2 Buah
|
468
|
Baik
|
|
9.
|
Ruang BK
|
1 Buah
|
12
|
Baik
|
|
10.
|
Ruang Perpustakaan Multimedia
|
1 Buah
|
6
|
Baik
|
|
11.
|
Laboratorium Bahasa
|
1 Buah
|
100
|
Baik
|
|
12.
|
Mushalla
|
1 Buah
|
100
|
Baik
|
|
13.
|
Kantin
|
5 Buah
|
350
|
Baik
|
|
14.
|
Laboratorium Komputer
|
1 Buah
|
150
|
Baik
|
|
15.
|
Ruang Perpustakaan Konvensional
|
1 Buah
|
200
|
Baik
|
|
16.
|
Rumah Penjaga Sekolah
|
1 Buah
|
75
|
Baik
|
|
17.
|
Unit Produksi/ Ruang Satpam
|
1 Buah
|
7
|
Baik
|
|
18.
|
WC Guru Laki-laki
|
1 Buah
|
4
|
Baik
|
|
19.
|
WC Guru Perempuan
|
1 Buah
|
4
|
Baik
|
|
20.
|
WC Siswa Laki-laki
|
3 Buah
|
9
|
Baik
|
|
21.
|
WC Siswa Perempuan
|
2 Buah
|
6
|
Baik
|
|
22.
|
Ruang Serbaguna/ Aula
|
1 Buah
|
180
|
Baik
|
Sumber : Data
dari SMP Negeri 2 Banda Aceh 2016.
4. Pengelolaan Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda
Aceh
Pengelolaan
Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh ini dilakukan
melalui observasi dan wawancara dengan
satu orang guru PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh yaitu ibu Netty Meirawati, berdasarkan hasil observasi, maka dapat
diketahui bahwa sekolah SMP 2 Banda
Aceh ini menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk menggantikan
Laboratorium PAI, sehingga dapat mempermudah para guru dan siswa/i untuk
mempraktekkan pembelajaran PAI.[14]
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan di mushalla ini membuat siswa semakin kreatif, hal ini
dikarenakan guru menggunakan metode demostrasi dan Model kooperatif learning
pada materi yang diajarkannnya misalnya materi Tahyyiz Mayat, sehingga
siswa bersama teman-teman sekelompoknya dapat mempraktekkan langsung materi
yang mereka pelajari melalui alat-alat praga yang telah disiapkan oleh guru. [15]
Adapun berdasarkan
hasil wawancara dengan ibu Netty Meirawati diketahui bahwa Laboratorium PAI
sangat penting ada di sekolah, akan tetapi sangat disayangkan sekolah SMP
Negeri 2 Banda Aceh belum memiliki Laboratorium PAI secara khusus, sehingga
menyulitkan guru maupun siswa terhadap keberlangsungan pembelajaran maupun
praktikum PAI. Oleh karena itu sekolah SMP 2 Banda Aceh mengambil sebuah
kebijakan lain yaitu menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk
menggantikan Laboratorium PAI. [16]
Berdasarkan kebijakan
ini dapat mempermudah guru dan siswa terhadap keberlangsungan pembelajaran
maupun praktikum PAI, serta membuat siswa lebih kreatif dalam menggunakan
mushalla sebagai Laboratorium PAI. Oleh karena itu pada sekolah SMP Negeri 2
Banda Aceh ini menggunakan mushalla sebagai pengganti Laboratorium PAI.
C. Pengelolaan Laboratorium PAI dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa
Pengelolaan
Laboratorium PAI bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa di SMP Negeri 2 Banda
Aceh. Oleh karena itu peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan satu
orang guru PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh yaitu ibu Netty Meirawati.
Berdasarkan hasil observasi, maka dapat diketahui
bahwa pada sekolah SMP 2 Banda Aceh ini menggunakan mushalla
sebagai pengganti Laboratorium PAI, sehingga siswa dapat membuat
mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan dipraktekkan
di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. [17]
Adapun berdasarkan
hasil wawancara dengan ibu Netty Meirawati diketahui bahwa penggunaan mushalla
sebagai pengganti Laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh, dapat
mempermudah para guru dan siswa/i untuk mempraktekkan pembelajaran PAI.
Berdasarkan praktikum-praktikum yang dilakukan di mushalla ini dapat membuat siswa
semakin kreatif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran PAI. [18]
Hal ini dikarenakan
siswa dapat menggabungkan antara penggalaman yang dialami siswa dalam kehidupan
sehari-harinya dengan teori yang didapatkan di sekolah dan dipraktekkan bersama
teman sekelompoknya di mushalla dengan menggunakan alat peraga yang telah
disediakan sekolah, sehingga menjadi pengalaman baru bagi siswa.
D. Analisis
Laboratorium PAI di
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan media pembelajaran sehingga
siswa bisa lebih kreatif dengan cara melakukan praktek, penelitian dan
percobaan terhadap materi yang dipelajari, sehingga akan membantu siswa dalam
memahami materi yang dipelajarinya dan mampu mengembangkan kompetensi yang
berkenaan dengan PAI.
Selajutnya
Rita Mariyana dkk, sebagaimana yang dikutip oleh Ranty Lembayu mengatakan
laboratorium dapat diartikan sebagai lingkungan belajar atau tempat bagi anak
untuk bereksplorasi, bereksperimen dan mengekspresikan diri untuk mendapatkan
konsep dan informasi baru sebagai wujud dari hasil belajar.
Berdasarkan uraian di
atas maka Laboratorium PAI sangat penting ada di sekolah, akan tetapi sangat
disayangkan sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh belum memiliki Laboratorium PAI
secara khusus, sehingga menyulitkan guru maupun siswa terhadap keberlangsungan
pembelajaran maupun praktikum PAI.
Oleh karena itu sekolah
SMP 2 Banda Aceh ini menggunakan mushalla sebagai salah satu solusi untuk
menggantikan Laboratorium PAI, sehingga dapat mempermudah para guru dan siswa/i
untuk mempraktekkan pembelajaran PAI. Dari praktikum-praktikum yang dilakukan
di mushalla inilah yang membuat siswa semakin kreatif dan lebih mudah dalam
memahami materi pembelajaran PAI.
Adapun yang dimaksud
dengan kreatif dalam kamus besar Bahasa Indonesia ialah daya cipta atau
kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil yang
diperoleh merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal baru dan bermanfaat.
Oleh karena itu
penggunaan mushalla sebagai Laboratorium PAI dapat membuat siswa
mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya dengan teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan di praktekkan
di mushalla sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di
atas yang berjudul “Pengelolaan Laboratorium PAI dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa di Sekolah” maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Konsep pengelolaan Laboratorium PAI yang
dimaksud dalam kajian ini ialah suatu konsep yang dapat mengelola mushalla sebagai
pengganti laboratorium PAI di SMP Negeri 2 Banda Aceh.
2. Pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh sangat baik, hal
ini dikarenakan guru menggunakan metode demostrasi dan Model kooperatif
learning pada materi yang diajarkannnya misalnya materi Tahyyiz Mayat,
sehingga siswa bersama teman-teman sekelompoknya dapat mempraktekkan langsung
materi yang mereka pelajari.
3. Pengelolaan Laboratorium PAI pada SMP Negeri 2 Banda Aceh dapat
meningkatkan kreativitas siswa, yaitu dengan cara siswa mengkombinasikan
informasi-informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan
teori-teori PAI yang dipelajari di sekolah dan di praktekkan di mushalla
sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional,
2008. Kamus Bahasa IndonesiaI, Jakarta: Pusat Bahasa.
Depdiknas, 2006. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama.
Fuad Nashori dan Rachmy
Diana Mucharam, 2002. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi
Islam, Jogjakarta: Menara Kudus.
Haidar Putra Daulay dan Nurgapasa, 2012. Pendidikan Islam dalam
Mencerdaskan Bangsa, Jakarta: rineka cipta.
Lexy. J. Moelong, 2006. Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung: Remaja Cipta Rosda Karya.
Moh. Amin, 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk
Praktiktikum Pendidikan IPA Umum Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,
Jakakta: P2LPTK Depdikbud.
Popi Sopiatin, 2010. Manajemen
Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, Bogor: Ghalia Indonesia.
Ranty Lembayu, 2015. Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Agama
Islam, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Richad Decaprio, 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah, Yogyakarta: DiVA
Press.
[1] Moh. Amin, Buku
Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktiktikum Pendidikan IPA Umum Untuk
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Jakakta: P2LPTK Depdikbud, 1988),
h.1.
[2] Moh. Amin, Buku
Pedoman Laboratorium..., h.1.
[3] Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
IndonesiaI, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 835.
[4] Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogjakarta: Menara Kudus,
2002), h.33.
[5] Lexy. J.
Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Cipta Rosda
Karya, 2006), h.4.
[6] Depdiknas, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama, 2006), h. 5.
[7] Popi Sopiatin,
Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan
Siswa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 85.
[8] Haidar Putra
Daulay dan Nurgapasa, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan Bangsa,
(Jakarta: rineka cipta, 2012), h. 39.
[9] Richad
Decaprio, Tips Mengelola Laboratorium
Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press,
2013), h. 20-22.
[10] Ranty Lembayu,
Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2015), h. 5-6.
[11] Ranty Lembayu,
Pengelolaan Laboratorium ..., h. 5-6.
[12] Data
Dokumentasi Sekolah SMP Negeri 2 Banda
Aceh 2016.
[13] Data
Dokumentasi Sekolah SMP Negeri 2 Banda
Aceh 2016.
[14] Hasil
observasi di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.
[15] Hasil
observasi di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.
[16] Hasil
wawancara di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.
[17] Hasil
observasi di sekolah SMP Negeri 2 Banda Aceh pada tanggal 11 November 2016.
[18] Hasil
wawancara di sekolah SMP Negeri 2 Banda
Aceh pada tanggal 11 November 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar