Rabu, 23 November 2016

filsafat pendidikan










Tugas: Makalah

KONSEP PENDIDIKAN MUAHAMMAD IQBAL DAN PEMIKIRANNYA MENGENAI AKTUALISASI KEHENDAK TRASENDENTAL




Tugas Mahasiswa
( Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam)



Disusun Oleh:


NISA KHAIRUNI
NIM: 27152374-2
Mahasiswi Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry
Prodi Pendidikan Agama Islam



Dosen Pengasuh:
Dr. Saifullah. Istri, M. A




PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
2016/ 1437 H
 




















BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Berbicara mengenai pendidikan filosofi dan pemikiran dari tokoh-tokoh Muslim kontemporer ini sungguh akan memerlukan waktu yang sangat lama, akan tetapi mengingat banyaknya sumbangan wawasan keilmuan dan pembaharuan mengantarkan mereka menjadi seorang tokoh peradaban baru bagi umat Islam. Salah satu tokoh yang dibahas oleh penulis ialah Muhammad Iqbal. Ia adalah seorang tokoh Muslim yang berasal dari India dan mempunyai ide yang sangat brilian.
Muhammad Iqbal merupakan seorang intelektual asal India-Pakistan yang telah melahirkan pemikiran dan peradaban besar bagi generasi setelahnya. Ia adalah sosok pemikir yang sangat disiplin, ia juga merupakan sastrawan, filosof, pendidik, negarawan, ahli hukum dan kritikus seni, oleh karena itu, melalui kepiawaiannya inilah ia mampu mengaktualisasikan perubahan agar sesuai dengan kehendaknya.
Kemudian dalam kehidupannya ia mencoba mengkritik kemunduran  Islam, hal ini disebabkan oleh kurang kreatifnya umat Islam, menurutnya Islam itu tidak bersifat statis dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman, maka ia berpendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup, selain itu kemunduran Islam juga terjadi karena ajaran zuhud yang terdapat dalam tasawuf, sehingga membuat umat Islam kurang mementingkan kemasyarakatan.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan membahas beberapa pemikiran Muhammad Iqbal mengenai pendidikan dan aktualisasi kehendak trasendental dalam tulisan ini.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana biografi dari Muhammad Iqbal?
2.    Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal mengenai pendidikan?
3.    Bagaimana pemikiran Muahammad Iqbal mengenai aktualisasi kehendak trasendental?
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 di Sialkot.[1] Nenek moyangnya adalah orang-orang Brahmana kasjmir yang telah memeluk Islam kira-kira tiga abad sebelum ia lahir.[2] Kelas Brahma merupakan kelas tertinggi di India, ayahnya bernama Muhammad Nur, seorang sufi yang shaleh.[3] Pendidikan utama diperoleh dari ayahnya sendiri kemudian ia dimasukkan ke sebuah maktab untuk mempelajari Al-qur’an.
Pendidikan yang ia peroleh selain dari orang tuanya ia juga memperoleh pendidikan dari gurunya yang bernama Mir Hassan seorang ulama militan dan merupakan teman ayahnya. [4] Di rumah gurunya inilah ia belajar mengaji dan belajar mengubah sajak. Kemudian karena kecerdasan Muhammad Iqbal gurunya ini membantunya untuk masuk ke sekolah Scottish Mission School. Setelah menamatkan sekolah di Scottish Mission School ini ia melanjutkan pendidikannya ke Govermerment College dan memperoleh gelar sarjana muda (BA) pada tahun 1897. [5]
Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke lahore hingga ia memperoleh gelar M.A.[6] Sewaktu ia belajar di sana  ia berada di bawah pengaruh Sir Thomas Arnold, sarjana inilah yang pertama memasukkan filsafat Barat ke dalam jiwanya, sehingga atas nasehat Sir Arnold  pada tahun 1905 ia berangkat ke Eropa untuk melanjutkan pendidikannya di bidang filsafat Barat di Trinity College dari Universitas Cambridge. [7] Dua tahun kemudian ia pergi ke Munich di jerman dimana ia memperoleh gelar Ph.D dalam Tasawuf dengan tesis doktoralnya yang berjudul “The Development of Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). [8]
Setelah itu, pada tahun 1908 ia kembali ke lahore dan membuka pratik sebagai pengacara di samping itu ia juga menjadi guru besar dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris di Government College. [9] Kemudian pada tahun 1982 ia berhasil melahirkan satu karya yang sangat besar di bidang filsafat yang berupa kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun 1982 yang berjudul The Recontruction of Religius Thought in Islam. Pengaruhnya yang  sangat besar ini pada tahun 1922 membuatnya diberi gelar Sir. Oleh universitas tertua di Jepang yaitu Universitas Tokyo dan beberapa waktu kemudian ia menganugerahkan gelar Doktor anumerta di bidang sastra, yang pertama kali dilakukan oleh Univesitas Tokyo. [10] 
Selanjutnya ia memasuki bidang politik dan pada tahun 1930 ia dipilih sebagai presiden liga Muslimin dan dua kali berturut-turut ia menghadiri Konferensi Meja Bundar di London dan menghadiri konferensi Islam yang diadakan di Yerussalem.[11] Ia berpulang ke Rahmatullah pada waktu fajar tanggal 21 April 1938 menjelang terbit meyinari kota lahore, dunia kehilangan pujangga besar. [12]
Muhammad Iqbal berpesan melalui syairnya dalam penderitaan sakit yang begitu lama:
Kukatakan padamu tanda seorang Mukmin
Bila maut datang, akan merekah senyum di bibir
Setengah jam sebelum ia menghembuskan nafas yang terahir, ia masih membisikan sajaknya yang terkenal:
Melodi perpisahan boleh menggema atau tidak
Bunyi nafiri boleh bertiup lagi dari Hijaz atau tidak
Saat si Fakir telah sampai ke batas terakhir
Pujangga lain boleh datang atau tidak
            Kata terakhir ketika itu yang terucap olehnya Allah. Saat itulah dunia kehilangan pujangga besar. Jenazahnya dimakamkan di dekat pintu gerbang Mesjid Shahi Lahore pakistan. Ia meninggal dengan banyak meninggalkan kesan dan pesan yang dapat dipelajari dan direnungkan oleh generasi kemudian, meski ia telah kembali keliang lahat, namanya sudah terlanjur terpahat dalam hati umat, kususnya dunia sastra. [13]
            Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahawa Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 di Sialkot, ia berasal dari keluarga Brahmana kasjmir, ayahnya bernama Muhammad Nur, Pendidikan utama diperoleh dari ayahnya, kemudian ia berguru kepada Mir Hasan dan setelah itu ia belajar kepada Sir Thomas Arnold hingga ia dapat membuka praktik  pengacara dan  menjadi guru besar dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris di Government College, kemudian dalam penderitaan sakit yang begitu lama ia menghembuskan nafas terakirnya pada tanggal 21 April 1938 menjelang terbit meyinari kota lahore.

B.  Konsep Pendidikan Menurut Muhammad Iqbal
Menurut Muhammad Iqbal pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau bisa disebut dengan insan kamil. Sebagaimana dijelaskan dalam filsafat  beberapa ciri manusia yang ideal atau sejati dan Muhammad Iqbal menggambarkan dalam karya-karya, diantaranya:
1.    Hidup yang baik adalah hidup yang penuh usaha dan perjuangan, usaha itu hendaknya bersifat kreatif dan originil, sebagaimana tertulis dalam syairnya:
Bila anda ingin melihat dunia sementara ini,
Bila anda ingin beralih dari kehidupan kepada keberadaban,
Bertahanlah!
Jangan mudah anda lenyap seperti kilatan cahaya sekejap!
Pupuk keberanian bersusah payah
Agar berhasil meraih lumbung penuh melimpah
Bila anda memiliki sinar matahari
Beranilah menjelajah langit lazuardi![14]
2.    Orang yang baik hendaknya belajar menerapkan intelegensinya secara meningkat terus dalam rangka penjelajahan dan pengendalian daya dan kekuatan alam, sambil menambah pengetahuan dan kekuatan sendiri. Sebagaimana dalam syairnya:
Intelek memerintah segala sesuatu yang terbuat
Dari cahaya maupun tanah liat
Dan tiada yang tak terjangkau karunia Illah ini
Seluruh jagad tunduk merunduk pada keagungan yang abadi
Hanya hati yang berani menghadapi
Setiap derap langkanya yang tegap.[15]
Selain itu Muhammad Iqbal juga mengemukakan tujuan pendidikan Islam, diantaranya adalah:
1.    Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagian hidup di akhirat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
2.    Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[16]
3.    Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencakup intelektual, fisik, dan kemauan untuk maju, dalam kaitannya dengan ini Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiran tentang kehendak kreatif. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan soz.[17] Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permasalahan dunia harus menjadi tujuan hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan keindahan.[18]
Maka berdasarkan uraian di atas dapat di tarik benang merah bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada kebahagiaan akhirat saja,  akan   tetapi   tujuan   pendidikan  harus   mampu  memecahkan  masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
       Kemudian mengenai kurikulum secara garis besar kurikulum diartikan sebagai seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.[19]
            Adapun isi kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah:
a.    Isi kuikulum menurut muhammad Iqbal harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini ia berpandangan bahwa agama dan ilmu pengetahuan harus sama posisinya.[20] Maka dalam hal ini kurikulum dapat diartikan bahwa sebagai langkah awal dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya.[21]
Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa isi kurikulum menurut muhammmad Iqbal antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung jawab yang besar yang di mana ilmu pengetahuan juga pasti terlibat. Adanya pengkategorian ilmu menurut muhammad Iqbal adalah suatu tindakan yang kurang bijaksana.
b.    Isi kurikulum pendidikan harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak, menurutnya pendidikan watak merupakan faktor yang penting di dalam pendidikan.[22]
Kemudian dalam pendidikan hendaklah memilih metode yang baik, adapun metode merupakan jalan/ cara seseorang untuk mendidik peserta didik. Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah:
1.    Self activity : metode yang terbuka bebas bagi keaktifan sendiri. Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan mengenbangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.
2.    Lerning by doing: jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan yang digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka.[23] Metode ini sesuai dengan ungkapan Muhammad Iqbal sebagai berikut:
Membangkitkan metode pengamatan dan eksperimen. Ini bukan semata-mata teroritis.[24]
            Maksud dari pernyataan di atas adalah metode eksperimen sangat dibutuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan pengetahuan tidak hanya sekedar bersifat teoritis saja akan tetapi perlu pembuktian dan aktualisasi.
3.    Tanya Jawab: menurut Muhammad Iqbal pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.
4.    Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesutu masalah, kemudian di bahas dari segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah harus ditinjau dari berbagai sumber dari pemecahan masalah tersebut.
5.    Metode pemecahan masalah atau problem solving :bukan hanya sekedar metode berpikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. [25]
       Adapun peran pendidik dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya harus mengkaji dan meneliti hakikat individualitas dan lingkungan. Menurut Muhammad Iqbal tumbuh kembangnya inividualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan konkrit dan dinamis. Sikap pendidik yang baik menurutnya adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan anekaragamam relasi dengan lingkungan dan dengan demkian akan merangsang pembentukan  sasaran-sasaran baru secara kreatif.
       Ia kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, hal ini karena guru mengurung siswa di antara diding kelasnya sedangkan anak perlu berhubungan dengan alam di setiap proses belajar agar tumbuhnya rasa ingin tahu dan kreativitas pada anak.[26]
       Berdasarkan uraian di atas mengenai pemikiran Muahammad Iqbal maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan itu di mana-mana sama yaitu agar dapat membentuk manusia atau perserta didik yang tangguh, kuat, dan memiliki pemikiran yang kuat pondasinya, serta menjadi insan kamil. Sehingga mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian tujuan yang dikemukakan oleh Muhammad Iqbal sangat relevan untuk zaman sekarang. Begitu juga dengan kurikulum yang ia  kemukakan sangat relevan dengan rancangan kurikulum pendidikan pada zaman sekarang, akan tetapi masalahnya sekarang ini adalah kurikulum yang tidak bisa tertuang secara baik dalam pelaksanaannya sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
       Adapun jika dikaitkan metode pendidikan yang dikembangkan oleh Muhammad Iqbal dengan pendidikan pada masa serkarang ini juga sangat sesuai baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal, terutama metode tanya jawab hal ini sangat penting sekali jika diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat melahirkan peserta didik yang  percaya diri,  dan mempunyai mental yang kuat, tidak penakut karena mereka sudah terbiasa memberikan argument dan mengkritisi mana yang benar dan mana yang salah.
       Kemudian mengenai konsep peserta didik yang dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia kedepan semakin mengalami perubahan secara berulang-ulang yang disesuaikan dengan iklim akademik pendidikan yang sedang terjadi secara aktual. Dalam hal ini ternyata konsep peranan peserta didik yang sedang dikembangkan dalam sistem pendidikan sekarang ini sangat relevan dengan pemikiran Muhammad Iqbal, yaitu pendidikan yang berpangkal pada kebebasan manusia, yang dengan kebebasan tersebut kemungkinan peserta didik diarahkan agar memiliki kreatifitas berfikir, sehingga dapat melakukan sebuah inovasi-inovasi pendidikan serta dapat menjawab tantangan zaman, baik sekarang maupun akan datang.
       Dewasa ini kebanyakan guru saat ini terjebak dalam paradigma kuno yang menggap pembelajaran hanyalah dikelas, dengan menekankan pada penyampaian materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini Muhammad Iqbal mencoba mengkritisi terhadap sikap pendidik yang seperti itu menurutnya tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis, maksudnya pendidik tidak boleh hanya memperhatikan aspek kognitif saja, tetapi  pendidik juga perlu menggembangkan aspek afektif dan psikomotorik pada anak, oleh karena itu peserta didik perlu ditumbuhkan rasa ingin tahu dan harus memiliki daya kreativitas.

C.  Pemikiran Muahammad Iqbal Mengenai Aktualisasi Kehendak Trasendental
Pemikiran Muhammad Iqbal mengenai aktualisasi kehendak trasendental secara umum ia melihat ini sebagai ilmu yang berdimensi keimanan, dan ini berlandaskan esensi ke tauhidan (Universal dan inklusivistik).[27] Menurutnya ketika pencapaian diri seseorang dapat ditingkatkan dan diperoleh melalui penyempurnaan diri, maka akan  membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan.[28]
Adapun jika seseorang ingin menyempurnakan diri hingga membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan (Allah) yang Maha Kuasa yaitu melalui keinginan (wishes), harapan (hopes), dan aspirasi dalam merumuskan suatu keputusan dalam hidup, sehingga ia layak menjadi khalifah Allah di bumi. Ia juga mendorong individu untuk memahami inner self (batinnya sendiri), menurutnya hal ini sangat filsufis karena semua masalah filsufis memiliki  dan mencari solusi kebenaran tertinggi terbaik dari batinnya sebdiri. [29]
Selain itu muhammad Iqbal juga berpendapat mengenai alam ini bukanlah ada dengan sendirinya melainkan di ciptakan oleh Tuhan, dan melalui alam inilah manusia bisa mengetahi bahwa adanya Tuhan, dan bisa mempelajari keagungan Tuhan melalui alam ini.[30]
Dewasa ini dalam mengahadapi realitas sosial dan budaya masyarakat kurang mampu untuk mengaitkan sifat ilahiah dan transendensi Islam, yang berupa ketentuan-ketentuan normatif dan dogmatif, sehingga terjadilah kemunduran bagi umat Islam, hal ini disebabkan oleh kurang kreatifnya umat Islam, Islam itu tidak bersifat statis, Islam sesuai dengan perkembangan zaman, Islam juga mementingkan kemasyarakatan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketika pencapaian diri seseorang dapat ditingkatkan dan diperoleh melalui penyempurnaan diri, maka akan membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan yang Maha Kuasa yaitu melalui keinginan (wishes), harapan (hopes), dan aspirasi dalam merumuskan suatu keputusan dalam hidup, sehingga ia layak menjadi khalifah Allah di bumi, dan membuat Islam itu tetap berkembang.

BAB III
kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan diataranya:
1.    Muhammad Iqbal dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1873 di Sialkot, ayahnya bernama Muhammad Nur, Pendidikan utama diperoleh dari ayahnya, dan kemudian ia berguru kepada Mir Hasan dan setelah itu ia belajar kepada Sir Thomas Arnold hingga ia dapat membuka praktik  pengacara dan  menjadi guru besar dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris di Government College, ia menghembuskan nafas terakirnya pada tanggal 21 April 1938 menjelang terbit meyinari kota lahore.
2.    Kemudian Menurut Muhammad Iqbal pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau bisa disebut dengan insan kamil, selain itu menurutnya tujuan pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada kebahagiaan akhirat saja, akan tetapi tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, adapun isi kuikulum menurut muhammad Iqbal harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini ia berpandangan bahwa agama dan ilmu pengetahuan harus sama posisinya, Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak, menurutnya pendidikan watak merupakan faktor yang penting di dalam pendidikan, selain itu pendidik juga harus memilih metode yang baik yang dapat menggembangkanaspek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik pada anak.
3.    Adapun aktualisasi kehendak trasendental secara umum ia melihat ini sebagai ilmu yang berdimensi keimanan, dan ini berlandaskan esensi ke tauhidan (Universal dan inklusivistik). Menurutnya ketika pencapaian diri seseorang dapat ditingkatkan dan diperoleh melalui penyempurnaan diri, maka akan membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan yang Maha Kuasa yaitu melalui keinginan (wishes), harapan (hopes), dan aspirasi dalam merumuskan suatu keputusan dalam hidup, sehingga ia layak menjadi khalifah Allah di bumi, dan membuat Islam itu tetap berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

A. Mustafa, 2007. Filsafat Islam: Untuk Fakultas Tarbiyah, Syariah, dakwah, Adap, Ushuluddin Komponen MKDK, Cet, 1, Bandung: Pustaka Setia.

Abdul Sani, 1998. Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Moderen dalam Islam, cet, 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Abdur Razak dan Rosihan Anwar, 2006. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia.

Donny Gahral Adian, tt. Muhammad Iqbal, Bandung: Teraju.

Ernita Dewi, S.Ag, M.Hum, dkk, 2013. Reaktualisasi Pemikiran Filsafat Islam Pasca-Ibnu Rusyd, Ushuluddin Publishing: Banda Aceh.

Harun Nasution, 1996. Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. II, Jakarta : Bulan Bintang.

K.G. Saiyidin, 1981. Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, Bandung: Diponegoro.

Muhaimin, Pengembangan Pendidikan Agama IslamI, 2005. cet, 1, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Muhammad Iqbal, 2002. Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Iislam, diterjemahkan oleh Didik Khomaidi, Yogyakarta : Lazuardi.

Osman Rabily, 1966. Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, Jakarta: Bulan Bintang.









[1] A. Mustafa, Filsafat Islam: Untuk Fakultas Tarbiyah, Syariah, dakwah, Adap, Ushuluddin Komponen MKDK, Cet, 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 330.

[2] Osman Rabily, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. Xiii.

[3] Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Moderen dalam Islam, cet, 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 167.

[4] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 330.

[5] Abdul Sani, Lintas Sejarah ..., cet, 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal. 167.

[6] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hal. 190.

[7] Osman Rabily, Pembangunan Kembali ..., (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. XiV.

[8] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam ..., cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hal. 190.

[9] Osman Rabily, Pembangunan Kembali ..., (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. XVi.

[10] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., Cet, 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 335.

[11] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam ..., cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hal. 190.

[12] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., Cet, 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 330.

[13] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., Cet, 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 335-336.

[14] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,120.

[15] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal. 122-123.

[16] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal. 90.

[17] Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju, tt), hal. 83.

[18] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,120.


[19] Muhaimin, Pengembangan Pendidikan Agama IslamI, cet, 1, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 164.

[20] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,120.

[21] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,109.

[22] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,135.

[23] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal. 47.

[24] Muhammad Iqbal, Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Iislam, diterjemahkan oleh Didik Khomaidi, (Yogyakarta : Lazuardi, 2002, hal. 183

[25] Muhammad Iqbal, Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Iislam, diterjemahkan oleh Didik Khomaidi, (Yogyakarta : Lazuardi, 2002), hal.48.


[26] K.G. Saiyidin, Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal. 56.


[27] Abdur Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 212.
[28]  Ernita Dewi, S.Ag, M.Hum, dkk, Reaktualisasi Pemikiran Filsafat Islam Pasca-Ibnu Rusyd, (Ushuluddin Publishing: Banda Aceh,2013), hal.195.

[29]  Ernita Dewi, S.Ag, M.Hum, dkk, Reaktualisasi Pemikiran..., (Ushuluddin Publishing: Banda Aceh,2013), hal.195-197

[30] Osman Rabily, Pembangunan Kembali ..., (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. 74-110.

1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site - Live Dealer Casino and Table Games
    Join Lucky Club Casino and over 2000 casino players and luckyclub get a great experience playing casino table games. Join today to get your sign-up bonus and enjoy

    BalasHapus

SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 11.  Surat Apakah di dalam al-Qur’an yang menerangkan tentang keesaan Allah swt? a.     al-‘Ashr b. ...