Tugas: Makalah
KONSEP PENDIDIKAN MUAHAMMAD IQBAL DAN PEMIKIRANNYA MENGENAI AKTUALISASI KEHENDAK
TRASENDENTAL
Tugas Mahasiswa
( Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam)
Disusun Oleh:
NISA KHAIRUNI
NIM: 27152374-2
Mahasiswi Program Pascasarjana UIN
Ar-Raniry
Prodi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengasuh:
Dr. Saifullah.
Istri, M. A

PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
2016/ 1437 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berbicara mengenai pendidikan filosofi dan
pemikiran dari tokoh-tokoh Muslim kontemporer ini sungguh akan memerlukan waktu
yang sangat lama, akan tetapi mengingat banyaknya sumbangan wawasan keilmuan
dan pembaharuan mengantarkan mereka menjadi seorang tokoh peradaban baru bagi
umat Islam. Salah satu tokoh yang dibahas oleh penulis ialah Muhammad Iqbal. Ia
adalah seorang tokoh Muslim yang berasal dari India dan mempunyai ide yang
sangat brilian.
Muhammad Iqbal merupakan seorang intelektual
asal India-Pakistan yang telah melahirkan pemikiran dan peradaban besar bagi
generasi setelahnya. Ia adalah sosok pemikir yang sangat disiplin, ia juga
merupakan sastrawan, filosof, pendidik, negarawan, ahli hukum dan kritikus
seni, oleh karena itu, melalui kepiawaiannya inilah ia mampu mengaktualisasikan
perubahan agar sesuai dengan kehendaknya.
Kemudian dalam kehidupannya ia mencoba
mengkritik kemunduran Islam, hal ini
disebabkan oleh kurang kreatifnya umat Islam, menurutnya Islam itu tidak
bersifat statis dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman, maka ia
berpendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup, selain itu kemunduran Islam
juga terjadi karena ajaran zuhud yang terdapat dalam tasawuf, sehingga membuat
umat Islam kurang mementingkan kemasyarakatan.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan
membahas beberapa pemikiran Muhammad Iqbal mengenai pendidikan dan aktualisasi
kehendak trasendental dalam tulisan ini.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana biografi dari Muhammad
Iqbal?
2.
Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal
mengenai pendidikan?
3.
Bagaimana pemikiran Muahammad Iqbal
mengenai aktualisasi kehendak trasendental?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal
lahir pada tanggal 22 Februari 1873 di Sialkot.[1]
Nenek moyangnya adalah orang-orang Brahmana kasjmir yang telah memeluk Islam
kira-kira tiga abad sebelum ia lahir.[2]
Kelas Brahma merupakan kelas tertinggi di India, ayahnya bernama Muhammad Nur,
seorang sufi yang shaleh.[3]
Pendidikan utama diperoleh dari ayahnya sendiri kemudian ia dimasukkan ke
sebuah maktab untuk mempelajari Al-qur’an.
Pendidikan yang
ia peroleh selain dari orang tuanya ia juga memperoleh pendidikan dari gurunya
yang bernama Mir Hassan seorang ulama militan dan merupakan teman ayahnya. [4]
Di rumah gurunya inilah ia belajar mengaji dan belajar mengubah sajak. Kemudian
karena kecerdasan Muhammad Iqbal gurunya ini membantunya untuk masuk ke sekolah
Scottish Mission School. Setelah menamatkan sekolah di Scottish
Mission School ini ia melanjutkan pendidikannya ke Govermerment College dan
memperoleh gelar sarjana muda (BA) pada tahun 1897. [5]
Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya ke lahore hingga ia memperoleh gelar M.A.[6]
Sewaktu ia belajar di sana ia berada di
bawah pengaruh Sir Thomas Arnold, sarjana inilah yang pertama memasukkan
filsafat Barat ke dalam jiwanya, sehingga atas nasehat Sir Arnold pada tahun 1905 ia berangkat ke Eropa untuk
melanjutkan pendidikannya di bidang filsafat Barat di Trinity College dari
Universitas Cambridge. [7] Dua
tahun kemudian ia pergi ke Munich di jerman dimana ia memperoleh gelar Ph.D
dalam Tasawuf dengan tesis doktoralnya yang berjudul “The Development of
Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). [8]
Setelah itu, pada
tahun 1908 ia kembali ke lahore dan membuka pratik sebagai pengacara di samping
itu ia juga menjadi guru besar dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris di
Government College. [9] Kemudian
pada tahun 1982 ia berhasil melahirkan satu karya yang sangat besar di bidang
filsafat yang berupa kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun 1982 yang
berjudul The Recontruction of Religius Thought in Islam. Pengaruhnya
yang sangat besar ini pada tahun 1922
membuatnya diberi gelar Sir. Oleh universitas tertua di Jepang yaitu
Universitas Tokyo dan beberapa waktu kemudian ia menganugerahkan gelar Doktor
anumerta di bidang sastra, yang pertama kali dilakukan oleh Univesitas Tokyo. [10]
Selanjutnya ia
memasuki bidang politik dan pada tahun 1930 ia dipilih sebagai presiden liga
Muslimin dan dua kali berturut-turut ia menghadiri Konferensi Meja Bundar di
London dan menghadiri konferensi Islam yang diadakan di Yerussalem.[11]
Ia berpulang ke Rahmatullah pada waktu fajar tanggal 21 April 1938 menjelang
terbit meyinari kota lahore, dunia kehilangan pujangga besar. [12]
Muhammad Iqbal
berpesan melalui syairnya dalam penderitaan sakit yang begitu lama:
Kukatakan padamu
tanda seorang Mukmin
Bila maut datang,
akan merekah senyum di bibir
Setengah jam
sebelum ia menghembuskan nafas yang terahir, ia masih membisikan sajaknya yang
terkenal:
Melodi perpisahan
boleh menggema atau tidak
Bunyi nafiri
boleh bertiup lagi dari Hijaz atau tidak
Saat si Fakir
telah sampai ke batas terakhir
Pujangga lain
boleh datang atau tidak
Kata
terakhir ketika itu yang terucap olehnya Allah. Saat itulah dunia kehilangan
pujangga besar. Jenazahnya dimakamkan di dekat pintu gerbang Mesjid Shahi
Lahore pakistan. Ia meninggal dengan banyak meninggalkan kesan dan pesan yang
dapat dipelajari dan direnungkan oleh generasi kemudian, meski ia telah kembali
keliang lahat, namanya sudah terlanjur terpahat dalam hati umat, kususnya dunia
sastra. [13]
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat diketahui bahawa Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22
Februari 1873 di Sialkot, ia berasal dari keluarga Brahmana kasjmir, ayahnya
bernama Muhammad Nur, Pendidikan utama diperoleh dari ayahnya, kemudian ia
berguru kepada Mir Hasan dan setelah itu ia belajar kepada Sir Thomas Arnold
hingga ia dapat membuka praktik pengacara dan menjadi guru besar dalam bidang Filsafat dan
Sastra Inggris di Government College, kemudian dalam penderitaan sakit yang
begitu lama ia menghembuskan nafas terakirnya pada tanggal 21 April 1938
menjelang terbit meyinari kota lahore.
B. Konsep
Pendidikan Menurut Muhammad Iqbal
Menurut Muhammad
Iqbal pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan
maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau bisa
disebut dengan insan kamil. Sebagaimana dijelaskan dalam filsafat beberapa ciri manusia yang ideal atau sejati
dan Muhammad Iqbal menggambarkan dalam karya-karya, diantaranya:
1.
Hidup yang baik adalah hidup yang
penuh usaha dan perjuangan, usaha itu hendaknya bersifat kreatif dan originil,
sebagaimana tertulis dalam syairnya:
Bila anda ingin
melihat dunia sementara ini,
Bila anda ingin
beralih dari kehidupan kepada keberadaban,
Bertahanlah!
Jangan mudah anda
lenyap seperti kilatan cahaya sekejap!
Pupuk keberanian
bersusah payah
Agar berhasil
meraih lumbung penuh melimpah
Bila anda
memiliki sinar matahari
Beranilah
menjelajah langit lazuardi![14]
2.
Orang yang baik hendaknya belajar
menerapkan intelegensinya secara meningkat terus dalam rangka penjelajahan dan
pengendalian daya dan kekuatan alam, sambil menambah pengetahuan dan kekuatan sendiri.
Sebagaimana dalam syairnya:
Intelek
memerintah segala sesuatu yang terbuat
Dari cahaya
maupun tanah liat
Dan tiada yang
tak terjangkau karunia Illah ini
Seluruh jagad
tunduk merunduk pada keagungan yang abadi
Hanya hati yang
berani menghadapi
Setiap derap
langkanya yang tegap.[15]
Selain itu
Muhammad Iqbal juga mengemukakan tujuan pendidikan Islam, diantaranya adalah:
1.
Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai
kebahagian hidup di akhirat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
2.
Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya
dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga
mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[16]
3.
Untuk mencapai tujuan tersebut
pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang
mencakup intelektual, fisik, dan kemauan untuk maju, dalam kaitannya dengan ini
Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiran tentang kehendak kreatif. Hidup
adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan soz.[17]
Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan
tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permasalahan dunia harus menjadi tujuan
hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah
yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan
keindahan.[18]
Maka berdasarkan uraian di atas dapat di tarik
benang merah bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada
kebahagiaan akhirat saja, akan tetapi
tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan
dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Kemudian mengenai kurikulum secara garis
besar kurikulum diartikan sebagai seperangkat materi pendidikan dan pengajaran
yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan
dicapai.[19]
Adapun isi
kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah:
a.
Isi kuikulum menurut muhammad Iqbal
harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini ia
berpandangan bahwa agama dan ilmu pengetahuan harus sama posisinya.[20]
Maka dalam hal ini kurikulum dapat diartikan bahwa sebagai langkah awal dalam
rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya.[21]
Oleh karena itu
maka dapat disimpulkan bahwa isi kurikulum menurut muhammmad Iqbal antara agama
dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu
menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung jawab yang besar yang di mana
ilmu pengetahuan juga pasti terlibat. Adanya pengkategorian ilmu menurut
muhammad Iqbal adalah suatu tindakan yang kurang bijaksana.
b. Isi kurikulum
pendidikan harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak, menurutnya
pendidikan watak merupakan faktor yang penting di dalam pendidikan.[22]
Kemudian dalam
pendidikan hendaklah memilih metode yang baik, adapun metode merupakan jalan/
cara seseorang untuk mendidik peserta didik. Adapun metode pendidikan yang
sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah:
1. Self activity :
metode yang terbuka bebas bagi keaktifan sendiri. Metode ini di gunakan untuk
mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan
kebebasan mengenbangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.
2. Lerning by doing:
jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi
baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan
yang digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka.[23]
Metode ini sesuai dengan ungkapan Muhammad Iqbal sebagai berikut:
Membangkitkan
metode pengamatan dan eksperimen. Ini bukan semata-mata teroritis.[24]
Maksud dari pernyataan di atas
adalah metode eksperimen sangat dibutuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
sedangkan pengetahuan tidak hanya sekedar bersifat teoritis saja akan tetapi
perlu pembuktian dan aktualisasi.
3. Tanya Jawab:
menurut Muhammad Iqbal pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang
kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas
dasar kepercayaan belaka.
4. Metode proyek
atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesutu
masalah, kemudian di bahas dari segi yang berhubungan sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari
anggapan bahwa pemecahan masalah harus ditinjau dari berbagai sumber dari
pemecahan masalah tersebut.
5. Metode pemecahan
masalah atau problem solving :bukan hanya sekedar metode berpikir sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. [25]
Adapun peran pendidik dalam menggali dan
mengembangkan konsep pendidikannya harus mengkaji dan meneliti hakikat
individualitas dan lingkungan. Menurut Muhammad Iqbal tumbuh kembangnya
inividualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan
konkrit dan dinamis. Sikap pendidik yang baik menurutnya adalah dengan jalan membangkitkan
kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan anekaragamam relasi
dengan lingkungan dan dengan demkian akan merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif.
Ia kurang menyetujui pendidikan sistem
kelas, hal ini karena guru mengurung siswa di antara diding kelasnya sedangkan
anak perlu berhubungan dengan alam di setiap proses belajar agar tumbuhnya rasa
ingin tahu dan kreativitas pada anak.[26]
Berdasarkan uraian di atas mengenai
pemikiran Muahammad Iqbal maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan itu di
mana-mana sama yaitu agar dapat membentuk manusia atau perserta didik yang
tangguh, kuat, dan memiliki pemikiran yang kuat pondasinya, serta menjadi insan
kamil. Sehingga mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan
demikian tujuan yang dikemukakan oleh Muhammad Iqbal sangat relevan untuk zaman
sekarang. Begitu juga dengan kurikulum yang ia
kemukakan sangat relevan dengan rancangan kurikulum pendidikan pada
zaman sekarang, akan tetapi masalahnya sekarang ini adalah kurikulum yang tidak
bisa tertuang secara baik dalam pelaksanaannya sehingga tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Adapun jika dikaitkan metode pendidikan
yang dikembangkan oleh Muhammad Iqbal dengan pendidikan pada masa serkarang ini
juga sangat sesuai baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal,
terutama metode tanya jawab hal ini sangat penting sekali jika diterapkan dalam
proses pembelajaran, sehingga dapat melahirkan peserta didik yang percaya diri,
dan mempunyai mental yang kuat, tidak penakut karena mereka sudah
terbiasa memberikan argument dan mengkritisi mana yang benar dan mana yang
salah.
Kemudian mengenai konsep peserta didik yang
dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia kedepan semakin mengalami
perubahan secara berulang-ulang yang disesuaikan dengan iklim akademik
pendidikan yang sedang terjadi secara aktual. Dalam hal ini ternyata konsep
peranan peserta didik yang sedang dikembangkan dalam sistem pendidikan sekarang
ini sangat relevan dengan pemikiran Muhammad Iqbal, yaitu pendidikan yang
berpangkal pada kebebasan manusia, yang dengan kebebasan tersebut kemungkinan
peserta didik diarahkan agar memiliki kreatifitas berfikir, sehingga dapat
melakukan sebuah inovasi-inovasi pendidikan serta dapat menjawab tantangan
zaman, baik sekarang maupun akan datang.
Dewasa ini kebanyakan guru saat ini
terjebak dalam paradigma kuno yang menggap pembelajaran hanyalah dikelas,
dengan menekankan pada penyampaian materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
dalam hal ini Muhammad Iqbal mencoba mengkritisi terhadap sikap pendidik yang
seperti itu menurutnya tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi
tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis, maksudnya
pendidik tidak boleh hanya memperhatikan aspek kognitif saja, tetapi pendidik juga perlu menggembangkan aspek
afektif dan psikomotorik pada anak, oleh karena itu peserta didik perlu
ditumbuhkan rasa ingin tahu dan harus memiliki daya kreativitas.
C. Pemikiran
Muahammad Iqbal Mengenai Aktualisasi Kehendak Trasendental
Pemikiran
Muhammad Iqbal mengenai aktualisasi kehendak trasendental secara umum ia melihat
ini sebagai ilmu yang berdimensi keimanan, dan ini berlandaskan esensi ke
tauhidan (Universal dan inklusivistik).[27]
Menurutnya ketika pencapaian diri seseorang dapat ditingkatkan dan diperoleh
melalui penyempurnaan diri, maka akan
membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan.[28]
Adapun jika seseorang
ingin menyempurnakan diri hingga membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan
(Allah) yang Maha Kuasa yaitu melalui keinginan (wishes), harapan (hopes),
dan aspirasi dalam merumuskan suatu keputusan dalam hidup, sehingga ia layak
menjadi khalifah Allah di bumi. Ia juga mendorong individu untuk memahami inner
self (batinnya sendiri), menurutnya hal ini sangat filsufis karena semua
masalah filsufis memiliki dan mencari
solusi kebenaran tertinggi terbaik dari batinnya sebdiri. [29]
Selain itu
muhammad Iqbal juga berpendapat mengenai alam ini bukanlah ada dengan
sendirinya melainkan di ciptakan oleh Tuhan, dan melalui alam inilah manusia
bisa mengetahi bahwa adanya Tuhan, dan bisa mempelajari keagungan Tuhan melalui
alam ini.[30]
Dewasa ini dalam
mengahadapi realitas sosial dan budaya masyarakat kurang mampu untuk mengaitkan
sifat ilahiah dan transendensi Islam, yang berupa ketentuan-ketentuan normatif
dan dogmatif, sehingga terjadilah kemunduran bagi umat Islam, hal ini
disebabkan oleh kurang kreatifnya umat Islam, Islam itu tidak bersifat statis,
Islam sesuai dengan perkembangan zaman, Islam juga mementingkan kemasyarakatan.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketika pencapaian diri seseorang
dapat ditingkatkan dan diperoleh melalui penyempurnaan diri, maka akan
membawanya sesuai dengan kehendak Tuhan yang Maha Kuasa yaitu melalui keinginan
(wishes), harapan (hopes), dan aspirasi dalam merumuskan suatu
keputusan dalam hidup, sehingga ia layak menjadi khalifah Allah di bumi, dan
membuat Islam itu tetap berkembang.
BAB III
kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan diataranya:
1.
Muhammad Iqbal dilahirkan pada tanggal
22 Februari 1873 di Sialkot, ayahnya bernama Muhammad Nur, Pendidikan utama
diperoleh dari ayahnya, dan kemudian ia berguru kepada Mir Hasan dan setelah
itu ia belajar kepada Sir Thomas Arnold hingga ia dapat membuka praktik pengacara dan
menjadi guru besar dalam bidang Filsafat dan Sastra Inggris di
Government College, ia menghembuskan nafas terakirnya pada tanggal 21 April
1938 menjelang terbit meyinari kota lahore.
2. Kemudian Menurut
Muhammad Iqbal pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan
perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati
atau bisa disebut dengan insan kamil, selain itu menurutnya tujuan pendidikan
tidak hanya menitik beratkan pada kebahagiaan akhirat saja, akan tetapi tujuan pendidikan
harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan
masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, adapun isi kuikulum
menurut muhammad Iqbal harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dalam hal ini ia berpandangan bahwa agama dan ilmu pengetahuan harus
sama posisinya, Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan
kepribadian atau watak, menurutnya pendidikan watak merupakan faktor yang
penting di dalam pendidikan, selain itu pendidik juga harus memilih metode yang
baik yang dapat menggembangkanaspek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik
pada anak.
3. Adapun aktualisasi
kehendak trasendental secara umum ia melihat ini sebagai ilmu yang berdimensi
keimanan, dan ini berlandaskan esensi ke tauhidan (Universal dan
inklusivistik). Menurutnya ketika pencapaian diri seseorang dapat ditingkatkan
dan diperoleh melalui penyempurnaan diri, maka akan membawanya sesuai dengan
kehendak Tuhan yang Maha Kuasa yaitu melalui keinginan (wishes), harapan
(hopes), dan aspirasi dalam merumuskan suatu keputusan dalam hidup,
sehingga ia layak menjadi khalifah Allah di bumi, dan membuat Islam itu tetap
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Mustafa,
2007. Filsafat Islam: Untuk Fakultas Tarbiyah, Syariah, dakwah, Adap,
Ushuluddin Komponen MKDK, Cet, 1, Bandung: Pustaka Setia.
Abdul Sani,
1998. Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Moderen dalam Islam, cet, 1,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Abdur Razak
dan Rosihan Anwar, 2006. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia.
Donny Gahral Adian, tt. Muhammad Iqbal, Bandung:
Teraju.
Ernita Dewi,
S.Ag, M.Hum, dkk, 2013. Reaktualisasi Pemikiran Filsafat Islam Pasca-Ibnu
Rusyd, Ushuluddin Publishing: Banda Aceh.
Harun
Nasution, 1996. Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
cet. II, Jakarta : Bulan Bintang.
K.G.
Saiyidin, 1981. Iqbals Education Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman,
Bandung: Diponegoro.
Muhaimin, Pengembangan
Pendidikan Agama IslamI, 2005. cet, 1, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Muhammad
Iqbal, 2002. Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Iislam, diterjemahkan
oleh Didik Khomaidi, Yogyakarta : Lazuardi.
Osman
Rabily, 1966. Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam, Jakarta: Bulan
Bintang.
[1] A. Mustafa, Filsafat Islam: Untuk
Fakultas Tarbiyah, Syariah, dakwah, Adap, Ushuluddin Komponen MKDK, Cet, 1,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 330.
[2] Osman Rabily, Pembangunan Kembali Alam
Pikiran Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. Xiii.
[3] Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran
Perkembangan Moderen dalam Islam, cet, 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), hal. 167.
[4] A. Mustafa, Filsafat Islam ...,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 330.
[5] Abdul Sani, Lintas Sejarah ..., cet,
1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal. 167.
[6] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam :
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hal.
190.
[7] Osman Rabily, Pembangunan Kembali ...,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. XiV.
[8] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam
..., cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hal. 190.
[9] Osman Rabily, Pembangunan Kembali ...,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. XVi.
[10] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., Cet,
1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 335.
[11] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam
..., cet. II, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hal. 190.
[12] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., Cet,
1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 330.
[13] A. Mustafa, Filsafat Islam ..., Cet,
1, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 335-336.
[14] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,120.
[15] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal.
122-123.
[16] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal.
90.
[17] Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung:
Teraju, tt), hal. 83.
[18] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981),
hal,120.
[19] Muhaimin, Pengembangan Pendidikan Agama
IslamI, cet, 1, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 164.
[20] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981),
hal,120.
[21] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal,109.
[22] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981),
hal,135.
[23] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal.
47.
[24] Muhammad Iqbal, Rekontruksi Pemikiran
Agama dalam Iislam, diterjemahkan oleh Didik Khomaidi, (Yogyakarta :
Lazuardi, 2002, hal. 183
[25] Muhammad Iqbal, Rekontruksi Pemikiran
Agama dalam Iislam, diterjemahkan oleh Didik Khomaidi, (Yogyakarta :
Lazuardi, 2002), hal.48.
[26] K.G. Saiyidin, Iqbals Education
Philosophy, Penerjemah : MI. Soelaeman, (Bandung: Diponegoro, 1981), hal.
56.
[27] Abdur Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 212.
[28] Ernita Dewi, S.Ag, M.Hum, dkk, Reaktualisasi
Pemikiran Filsafat Islam Pasca-Ibnu Rusyd, (Ushuluddin Publishing: Banda
Aceh,2013), hal.195.
[29] Ernita
Dewi, S.Ag, M.Hum, dkk, Reaktualisasi Pemikiran..., (Ushuluddin
Publishing: Banda Aceh,2013), hal.195-197
[30]
Osman Rabily, Pembangunan Kembali ...,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hal. 74-110.
Lucky Club Casino Site - Live Dealer Casino and Table Games
BalasHapusJoin Lucky Club Casino and over 2000 casino players and luckyclub get a great experience playing casino table games. Join today to get your sign-up bonus and enjoy