Tugas : Makalah
Filsafat Ilmu
ILMU PENGETAHUAN DAN
PERKEMBANGAN ZAMAN
Tugas Mahasiswa
( Mata Kuliah Filsafat Ilmu )
Disusun Oleh:
NISA KHAIRUNI
NIM: 27152374-2
Mahasiswi Program Pascasarjana UIN
Ar-Raniry
Prodi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengasuh:
Prof. Dra.
Amirul Hadi, M.A, Ph.D

PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
2016/ 1437 H
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mengkaji
mengenai ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman tidaklah mudah, ini dikarenakan cakupan pembahasan
ilmu pengetahuan amatlah luas, oleh karena itu dibutuhkan pemikiran yang
ekstra, ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
tiba-tiba, melainkan melalui proses bertahap dan evolutif.
Ilmu pengetahuan merupakan landasan
penting yang harus dimiliki setiap manusia dalam kehidupannya, bahkan Islam
menekankan keharusan untuk mencari ilmu.[1]
perkembangan ilmu pengetahuan tidak luput dari perbincangan yang hingga saat
ini semakin pesat dibandingkan pada zaman dahulukala.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia maka semakin pesat
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidangnya. Oleh Karena itu, dalam makalah
singkat ini, penulis akan memaparkan mengenai ilmu
pengetahuan dan perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana priodisasi perkembangan zaman?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian ilmu pengetahuan.
2.
Untuk
mengetahui priodisasi perkembangan zaman.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan
diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari dari bahasa
Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"
juga memiliki arti memahami, mengerti, atau mengetahui.[2] Pada
perkembangan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga
menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik, dalam bahasa Jerman wissenschaft.[3]
Ilmu adalah bagian dari
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Sehingga ilmu merupakan bagian yang memiliki
metode dan mekanisme tertentu.[4] Sementara
itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
mengenai metafisik maupun fisik. Pengetahuan dapat juga dikatakan sebagai
informasi yang berupa common sense.
Ilmu bukanlah sebuah
seni, ilmu juga bukan sesuatu yang besifat trasendental, misalnya tetang
kebangkitan manusia kembali setelah mati, hal yang seperti ini merupakan
pengetahuan yang berhungan dengan agama. Penegtahuan pada hakikatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek, termasuk di dalamnya adalah
ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari bagian pengetahuan selain seni dan agama. [5]
Adapun menurut Jujun S.
Suriasumantri pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan juga
merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Oleh sebab itu kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan secara maksimal
untuk mengetahui jawaban apa saja yang mungkin bisa dierikan.[6]
Maka dapat diketahui ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia.[7] Dalam
kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan sebagainya.[8]
Maka berdasarkan uraian
di atas dapat diketahui bahwa ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi
tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan, adapun pengetahuan berarti
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun
fisik
Oleh karena itu ilmu
pegetahuan adalah mempelajari sesuatu melaui pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat
dan teliti dengan menggunakan berbagai metode dengan cara sistematik.
B.
Priodisasi Perkembangan Zaman
Menelaah
perkembanagan zaman dapat dilihat melalui
kurun waktu setiap periode, pekembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri khas
atau karakteristik tertentu. Berikut adalah uraian singkat dari masing-masing
periode perkembangan ilmu pengetahuan:
1. Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Purba)
Pada era ini, secara
umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Zaman Batu Tua
Zaman batu tua disebut
juga masa prasejarah.[9] Era ini
berlangsung sekitar empat juta tahun SM (sebelum Masehi) sampai 20.000 atau
10.000 tahun SM.[10]
Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah
menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal
cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan
pengamatan primitif menggunakan sistem trial and error (mencoba-coba dan
salah) kemudian bisa berkembang menjadi know how.[11] Pada
zaman batu tua, yang menjadi tokoh utama disebut-sebut dengan manusia purba.
Belum ditemukan secara spesifik data diri mereka, tetapi yang terlihat secara
jelas adalah hasil karya mereka. Karya-karya mereka yang fenomenal adalah
peralatan yang terbuat dari batu dan tulang.
b. Zaman Batu Muda
Era ini berlangsung
tahun 10.000 SM sampai 2.000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Zaman ini telah
berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan itu berupa
tulisan (dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau
suku kata tertentu), dan kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang
masalah perbintangan, matematika, dan hukum. Pada zaman batu muda sudah ada
kerajaan-kerajaan besar yang ikut andil dalam mengukir sejarah. Kerajaan itu
adalah Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India , dan Cina. Karya-karya yang
didapat dari zaman ini berupa batu Rosetta (Hieroglip), segitiga dengan
unit 3, 4, 5 (segitiga siku-siku), nilai logam sebagai nilai tukar, perundangan
yang ditulis, lukisan di dinding gua, tulisan Kanji (Pistographic Writing),
dan zodiac.[12]
c. Zaman Logam.
Zaman ini berlangsung
dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai
peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan
peralatan perang. Pada zaman Logam didominasi oleh kerajaan Mesir. Tetapi
kerajaan Cina dan Sumeria juga masih mempunyai peran. Pada masa ini karya-karya
yang ada berupa didominasi dengan alat-alat yang terbuat dari besi dan
perunggu. Seni membuat patung juga menjadi karya fenomenal pada masanya, bahkan
sampai saat ini. Contohnya adalah karya-karya dari Mesir, seperti patung istri
raja Fir’aun (Neferitti).[13]
Menurut Soetriono dan
SDRm Rita Hanafie, masa sejarah dimulai kurang lebih 15.000 sampai 600 tahun
Sebelum Masehi. Pada masa ini pengetahuan manusia berkembang lebih maju. Mereka
telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Kebudayaan mereka pun mulai
berkembang di berbagai tempat tertentu, yaitu Mesir di Afrika, Sumeria,
Babilonia, Niniveh, dan Tiongkok di Asia, Maya dan Inca di Amerika Tengah.
Mereka sudah bisa menghitung dan mengenal angka.[14]
2. Zaman Yunani Kuno
Menurut Bertrand
Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu
sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang
banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia.
Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang
menyempurnakannya.[15] Zaman
ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini
menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja).
Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak
kejayaannya atau zaman keemasannya.[16]
Pada zaman ini banyak
bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada beberapa nama yang popular pada masa ini, di
antaranya yaitu :
a. Thales (624-545 SM) dari Miletus.
Thales merupakan filsuf
pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala
materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi
dasar alam.[17]
b. Pythagoras (580 SM–500 SM) dari
Samos (daerah Ioni)
Pythagoras adalah
seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak
Bilangan”, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah
kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, Selain itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras
Society. Selain itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang
teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan hubungan antara nada
dengan panjang dawai. [18]
c. Socrates (469 SM-399 SM)
Socrates lahir di
Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar
Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates
yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang
dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral
yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau
filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.[19]
d. Plato (427 SM-347 SM)
Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia
menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”. Selain itu, ia juga
menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah
ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini
tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di
dunia ideal semuanya sangat sempurna. [20]
e. Aristoteles (384 SM- 322 SM)
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di
bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di
bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling penting adalah
masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran
tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia
menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang
dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir (syllogisme).[21] Selain nama-nama
diatas, masih ada filosof-filosof seperti Anaximander (610 SM-546 SM) dan lainnya.
3. Zaman Pertengahan
Zaman ini masih
berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M
sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark
Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah
para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus
berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah
terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal
dengan sebagai Anchilla Theologiae (Pengabdi Agama).[22] Selain
itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-karya
Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
Ketika Bangsa Eropa
mangalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini
dimulai dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah,
pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu
pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini Islam
mandapatkan masa keemasannya (Golden Age). Selain itu, pada abad ini
terjadi perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran Lao
Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode
etik luhur mangatur akal sehat).
Pada masa kegelapan ini
ilmu pengetahuan di Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih menjadi
pegangan hanya karya Aristoteles. Pada abad 12 M, yang diklaim sebagai awal
mula zaman Renaissance telah muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang
ilmu dan eksperimen, yaitu:
a.
Roger Bacon (1214 M - 1294 M), juga dikenal dengan sebutan Doctor
Mirabilis (guru yang sangat mengagumkan). Ia adalah seorang filsuf Inggris yang meletakkan penekanan pada empirisme, dan dikenal sebagai salah seorang pendukung awal metode ilmiah modern di dunia Barat. Teorinya menyatakan bahwa apa yang menjadi landasan
awal dan ujian akhir dari semua ilmu pengetahuan adalah pengalaman, dan syarat
mutlak untuk mengolah pengetahuan adalah dengan matematika. Sehingga ia dikenal
sebagai pelopor empirisme.
b.
Thomas Aquinas (1225 M -1274 M) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia. Ia terutama menjadi terkenal
karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (Ikhtisar Teologi). Selain itu, karya Theologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa Contra Gentiles (Ikhtisar Melawan
Orang-Orang Kafir)”
c.
Gerard van Cremona (1114 M -1187 M), adalah seorang
penerjemah Arab karya ilmiah. Dia
adalah salah satu orang paling penting di Toledo. Ia menerjemahkan sekitar 70
bahasa Arab dan karya-karya klasik Yunani ke dalam bahasa Latin termasuk karya Euclidius, Al-Farabi, Al-Farghani dan karya-karya lain.
d.
Giovanni Boccaccio (1313 M - 1375 M)
adalah seorang Italia penulis dan penyair. Karya yang dihasilkan dalam periode ini meliputi Filostrato dan Teseida, Filocolo, sebuah versi prosa yang ada roman Prancis, dan La
Caccia di Diana, sebuah puisi dalam daftar sajak oktaf neapolitan
perempuan. Boccaccio terus bekerja, memproduksi Comedia delle ninfe
fiorentine (juga dikenal sebagai Ameto) campuran prosa dan puisi,
tahun 1341, menyelesaikan lima puluh canto puisi alegoris Amorosa visione di 1342 M, dan Fiammetta di
1343 M. Salah satu karya terakhirnya di Italia, satu-satunya karya penting
lainnya adalah Corbacci.[23]
Sepanjang Eropa
mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan
bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan berkembangnya pengaruh Islam,
maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan
Ilmu. Dengan berkembanganya pengaruh islam, maka semakin banyak pula
tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah
sebagai berikut :
a. Al-Kindi (801 M-873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir
dari kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidang goemetri,
astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis),
fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.
b. Al-Farābi (870 M-950 M) adalah seorang komentator filsafat Yunani yang
sangat ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang
matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-farabi telah membuat
berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik,
kitab al-Musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah al-Madīnah
al-Fadhīlah (kota atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian
kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara razim yang paling baik
menurut pemahaman dengan hukum Ilāhian Islam.
c. Al-Khawārizmi (780 M-850 M), hasil pemikiran berdampak besar pada
matematika, yang terangkum dalam buku pertamanyanya, al-Jabar, selain
itu karyanya adalah al-Kitāb al-Mukhtasar fi Hisab Al-jabr Wa’al-Muqalaba
(buku rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab
surat al-Ardh (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang
masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
d. Ibnu Sina (980 M-1037 M) di kenal sebagai Avicenna di dunia barat. Ia
adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau
adalah bapak pengobatan modern dan masih banyak lagi sebutan baginya
yang berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan
rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
e. Al-Ghazāli (1058 M-111 M) adalah seorang filsuf dan theolog muslim Persia,
yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya beliau berupa kitab-kitab,
antara lain kitab al-Munqidih min Adh-Dalāl, al-Risālah al-Quadsiyyah, dan
Mizan al-Amāl.
f. Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut dengan Averroes,
dan dia adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi
bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam bentuk karangan, ulasan, essai, dan
resume. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen
daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam
filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya
terhadap para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas
non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan
filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan
Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang
mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali
peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan
lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.[24]
g. Ibnu Khaldun (1332 M-1406 M), adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia
dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan
ekunomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (pendahuluan).
h. Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M-815 M), dia adalah seorang tokoh Islam
yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
i. Al-Razi (856 M-925 M), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter
klinis ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu penelitian al-Kimi
atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia
ilmu kedokteran yang berjudul Contenens.
j. Ibnu Haitam dikenal dalam kalangan cerdik pandai di barat, dengan nama
Alhazen, Dia adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam bidang sains, falak,
matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan
penyelidikan mengenai cahaya dan telah memberiakn ilham kepada ahli sains barat
seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan tele
k. Al–Battāni (850 M-929 M), memberikan kontribusi untuk astronomi dan
matematika. Dalam astronomi, al–Battāni juga meningkatkan ketepatan pengukuran
presesi sumbu bumi.[25]
Selain dari daftar nama
ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam bidang fiqih
ada Imam Hanāfi (699M-767 M), Imam Mālik (712 M-798 M), Imam Syafi’i (767 M-820
M) dan Imam Hanbali (780 M-855 M) yang besar dengan kitab masing-masing.
Sementara dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al-Hamāwi (1179
M-1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam al-Buldan (Kamus Negara). Ibnu
Yunis, yang menggabungkan dokumen-dokumen penelitian yang dibuat 200 tahun
sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel astronomi Hakimite. Umar al-Khayyām,
yang dikenal dengan karya kalender Jalali-nya yang sempurna dan dipakai
di Persia untuk penanggalan. Cendekiawan seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap
sebagai pendiri kimia. Abu Rayhan al-Biruni sebagai perintis indologi, geodesi dan antropologi.
4. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung
pada awal abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan
denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan
kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran-ajaran
agama.
Tokoh-tokoh ilmuwan
yang berpengaruh di masa ini ialah sebagai berikut :
a. Nicolaus Capernicus (1473 M-1543 M), adalah seorang astronom,
matematikawan, dan ekunom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori
Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
b. Galileo Galilei (1564 M-1642 M),
adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar
dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah
penyempurnaan teleskop (dengan 32 x pembesaran) dan berbagai observasi
astronomi. Dia adalah orang pertama yang melukiskan tata surya seperti yang
kita kenal sekarang.
c. Tycho Brahe (1546 M-1601 M), adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal
sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Tycho adalh astronom pengamat paling menonjol
di zaman pra –teleskop. Akurasi pengamatannya pada posisi bintang dan planet
tak tertandingi pada masa itu.
d. Johannes Kepler (1571 M-1630 M), adalah astronom jerman, Matematikawan dan
astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler
juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan cahaya tertuang
dalam buku Supplement To Witelo, Expounding The Optical Part Of Astronomy.
Ia orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
e. Fancies Bacon (1561 M-1626 M), adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis
Inggris. Karya-karyanya antar lain membangun dan mempopulerkan motodologi
induksi untuk penelitian ilmiah, sering kali disebut metode Baconian.[26]
5. Zaman modern
Zaman ini sebenarnya
sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat
jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan
ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah.[27] Menurut
Slamet Iman Sontoso, ada tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu
pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di
Semenanjung Liberia dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun
1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453.[28]
Zaman ini sudah dimulai
sejak abad 14 M. zaman ini juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh
di zaman modern karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan. Tokoh yang
menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Decrates, Isaac Newton, Charles
Darwin, dan JJ. Thompson. Keterangan lebih lengkap sebagai berikut :
a. Isaac Newton (1643 M-1727 M ), adalah seorang fisikawan, matematikawan,
ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan theolog. Dia di katakana sebagai
“Bapak ilmu fisika klasik”. Karyanya yang berjudul Philosophiae Naturalis
Principia Mathematica menjabarkan tentang hukum gravitasi dan tiga hukum
gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad
ini.
b. Rene Descartes (1596 M-1650 M), ia
di kenal sebagai Renatus Cartesius, adalah seorang filsuf dan
matematikawan Perancis. Descartes kadang di panggil “Penemu filsafat Modern”
dan “Bapak matematika modern”. Pemikirannya yang menggunakan revolusi adalah
semuanya tida ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang berfikir.
c. Charles Robert Darwin 1809 M-1882 M) adalah seorang naturalis yang teori
revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis
keturunan yang sama (common Descent) dengan mengajukan seleksi alam
sebagai mekanismenya. Teorinya yang paling menggemparkan adalah “Nenenk moyang
manusia adalah kera”.
d. Joseph John Thompson (1856 M-1940 M) adalah seorang ilmuan dengan
penelitiannya yang membuahkan penemuan Elektron. Thompson mengungkapkan bahwa
gas mampu mengantarkan listrik. Ia menjadi seorang perintis ilmu fisika nuklir.
Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom dan sinar molekul
yang berbeda dengan menggunakan sinar positif.[29]
Selain pioneer
di atas masih banyak ilmuwan lain yang memegang peran dalam perkembangan ilmu.[30]
6. Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari
abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan
adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin
tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling
tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Hal ini disebabkan karena
fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya
mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
Sebagian besar aplikasi
ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20.
Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan.
Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan
yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir
pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori
relativitas dan juga banyak
menyumbang bagi pengembangan mekanika
kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.[31]
Pada zaman ini juga
melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains
Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical Bond
menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak
dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu
rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat medis yang
besar.
Selain kimia dan
fisika, teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat pada zaman ini.
Sebut saja beberapa penemuan yang dilansir oleh nusantaranews.wordpress.com
sebagai penemuan yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika
(transistor dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan
Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat
Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan,
Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan
(laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi (kamera, video). Kini, penemuan
terbaru di bidang Teknologi telah muncul kembali. sumber lain telah
memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua, profesor
teknik elektro dan ilmu komputer di University of California Berkeley.
Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa mengembangkan
sistem-sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh lebih tinggi
daripada saat ini. Caranya, memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan
ketika power-nya mati, sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk
boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal ini
digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan komputer juga seperti
itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat).
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Syadali
dan Mudzakir, 2004. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia.
Amsal Bakhtiar,
2010. Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers.
Burhanuddin
Salam, 2004. Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi, Jakarta: Rineka
Cipta.
Bertrand
Russell, 2004. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi
Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B. Arief Sidharta, 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?,
Bandung: Pustaka Sutra.
C.A. Qadir,
1989. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Penerjemah Hasan Basri,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Conny R.
Semiawan, dkk. 1999. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Harun
Hadiwiyono, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat,Yogyakarta: Kanisius.
Jujun S. Suriasumantri,
2010. Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar
populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Jadiwijaya,
“Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/,
diakses 12 Agustus 2016.
Jamaludin
Assalam, “Makalah Sejarah Perkebangan Ilmu”, dalam http://jamaludinassalam.wordpress.com/2011/03/30/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 12 agustus 2016.
Muhammad
Thoyibi, 1997. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya, Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Mohammad
Muslih, 2004. Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar.
Sutarjo
Adisusilo JR, 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta:
Kanisius.
Surajiyo, 2007.
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, Jakarta:
Bumi Aksara.
Soetriono dan
SDRm Rita Hanafie, 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian,
Yogyakarta: Andi Offset Yogya.
Tim Dosen
Filsafat Ilmu, 2001. Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty.
Wahid, Ramli Abdul. 1996. Ulumul Qu'ran, Grafindo: Jakarta.
[1] C.A. Qadir, Filsafat
dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Penerjemah Hasan Basri, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1989), h. 16.
[2] Wahid, Ramli Abdul.
Ulumul Qu'ran, (Grafindo: Jakarta, 1996), hal. 7.
[3] Mohammad
Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori
Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), h. 62.
[4] Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 16-17.
[5] Jujun S. Suriasumantri,
Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2010), h. 19.
[6] Jujun S. Suriasumantri,
Filsafat Ilmu ..., h. 19.
[7] B. Arief Sidharta, Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, (Bandung:
Pustaka Sutra 2008), h. 7-11.
[9] Conny R.
Semiawan, dkk. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 3.
[10] Sutarjo
Adisusilo JR, Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:
Kanisius, 1983), h. 29.
[11]
Conny R. Semiawan, dkk. Dimensi Kreatif ... , h. 4.
[12]
Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu & Teknologi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), h. 30-34.
[13]
Jadiwijaya, “Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/,
diakses 12 Agustus 2016.
[14] Soetriono dan
SDRm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Andi Offset Yogya, 2007), 117.
[15]
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi
Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 3-4.
[16] Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 82-83.
[17]
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1980), h. 19
[18]
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah ..., h. 19.
[19]
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah ..., h. 19.
[20]
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah ..., h. 19.
[21]
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah ..., h. 19.
[22] Surajiyo, Filsafat
Ilmu ...,h. 85.
[23]
Jadiwijaya, “Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembangan-ilmu/,
diakses 12 Agustus 2016.
[24] Bertrand
Russell, Sejarah Filsafat Barat ..., h. 567.
[25] Ahmad Syadali
dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004), h. 82-91.
[26] Jamaludin
Assalam, “Makalah Sejarah Perkebangan Ilmu”, dalam http://jamaludinassalam.wordpress.com/2011/03/30/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu/, diakses 12
agustus 2016.
[27] Surajiyo, Filsafat
Ilmu ..., h. 87.
[28] Tim Dosen
Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 2001), h. 79.
[29] Surajiyo, Filsafat
Ilmu ..., h. 86.
[30]
Muhammad Thoyibi, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 1997), h. 59.
[31] Surajiyo, Filsafat
Ilmu, 89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar