BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam merupakan Agama yang yang
menempatkan pendidikan pada posisi yang utama, disamping itu Al-Quran juga
memiliki banyak sekali pesan yang berhubungannya dengan pendidikan, dan ini
dapat dijumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan berbagai ungkapan dan
pernyataan. Lebih khusus lagi kata ‘ilmi paling dominan digunakan dalam
Al-Quran untuk menunjukan perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan.
Pendidikan Islam sendiri tumbuh dan berkembang seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya Islam. Pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam
itu sendiri.
Oleh karena itu sejarah pendidikan
Islam pada hakikatnya sangat berkaitan erat dengan sejarah Islam. Periodesasi
pendidikan Islam selalu berada dalam periode sejarah Islam itu sendiri.[1]
Sebagaimana dituliskan dalam sejarah, bahwa pada masa yang silam kemajuan
peradaban manusia terjadi pada masa kekuasaan Islam di hampir semua belahan
dunia.
Disaat di Eropa sedang berada dalam
masa kegelapan (the darkness), di dunia Islam sendiri sedang berada
dalam masa kejayaan. Baghdad dan Cordova merupakan salah satu bukti betapa
tinggi dan majunya peradaban Islam pada masa itu, jika dilihat dari sisi ilmu
pengetahuan pada masa itu, banyak orang Eropa kristen yang belajar di
perguruan-perguruan tinggi Islam. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena
itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dalam makalah yang sederhana ini penulis mencoba untuk memaparkan mengenai pendidikan
Islam pada masa Daulaqh Bani Umayyah II. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah wawasan pengetahuan kita semua khususnya mengenai sejarah
dan khazanah pendidikan Islam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah II?
2. Bagaimana
kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II?
3. Faktor apa
saja yang mendukung kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II?
4.
Apa yang menyebabkan runtuhnya
Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol (Cordova)?
C.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah II
2.
Untuk
mengetahui kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II
3.
Untuk
mengetahui Faktor yang mendukung kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II
4.
Untuk
mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol (Cordova)
Adapun
manfaat penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
dijadikan barometer atau tolak ukur dari kemajuan-kemajuan Islam pada masa
dahulu;
2.
Untuk
menambah atau memperkaya pengetahuan;
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM PADA
MASA UMAYYAH II
A. Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah II
Sebelum
membahas secara rinci mengenai sejarah pendidikan pada masa Umayyah II,
terlebih dahulu penulis ingin membahas sekilas mengenai sejarah berdirinya Daulah
Bani Umayyah II di Spanyol/Andalusia, pada
masa Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang
berpusat di Damaskus, Spanyol/Andalusia dikuasai oleh umat Islam. Sebelum
penaklukan Spayol, umat Islam telah menguasai Afrika utara dan menjadikannya sebagai salah satu
propinsi dari Daulah Bani Umayyah, dan ini terjadi pada masa khalifah Abdul
Malik (685-705M).[2]
Kemudian Bani Umayyah
merebut Spanyol dari bangsa Gothia pada masa khalifah Al-Walid ibn ‘Abd Al-Malik
(86-96 H/705-715M). Penaklukan Islam di Andaluisa oleh Thariq hampir meliputi
seluruh wilayah bagiannya, keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan Musa ibn
Al Nushair. [3]
Ketika Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun (132H/750M), Andalusia
menjadi salah satu provinsi dari Daulah Bani Abasiyah. Salah satu pangeran Dinasti
Umayyah yang bernama Abdurrahman ibn Mu’awiyah (Abdurrahman I), cucu khalifah
Umawiyah kesepuluh Hisyam ibn Abd Al-Malik berhasil melarikan diri dari kejaran
orang-orang Abasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus
dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi
gelar Al-Dakhil (pendatang baru).[4]
Al-Dakhil
memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar Amir Al- Mu’minin. Sejak
saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan Bani Umayyah
Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri
dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya adalah Abdurrahman Al-Dakhil
bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik Al-Umawi.
Al-Dakhil berhasil
meletakan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah Bani Umayyah II di
Spanyol. Pusat kekuasan Umayyah di Spanyol dipusatkan di Cordova sebagai ibu
kotanya. Al Dakhil berkuasa selama 32 tahun, dan selama masa kekuasaannya ia
berhasil mengatasi berbagai masalah dan ancaman, baik pemberontakan dari dalam
maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhan Al-Dakhil sangat disegani dan
ditakuti, karenanya ia dijuliki sebagai Rajawali Quraisy.[5]
Dengan demikian, maka mulailah
peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah
II). Adapun nama-nama tokoh Daulah Bani Umayyah II yang terkemuka diantaranya:
1. Abdurrahman Al-Dakhil (138H-172H);
2. Hisyam bin Abdurrahman (172-180 H);
3. Hakam I bin Hisyam (180-206 H);
4.
Abdurrahman bin Hakam (206-238H);
5.
Muhammad bin
Abdurrahman (238-273 H);
6.
Mundzir bin Muhammad
(273-275 H);
7.
Abdullah bin Muhammad (275-300
H);
8.
Abdurrahman bin
Muhammad/ Abdurrahman III (300-350 H);
9.
Hakam II (350-366 H);;
10.
Hisyam II (366-399 H)
11.
Muhammad II Al-Mahdi
(399-400 H);
12.
Sulaiman Al-Mustain
(400-407 H);
13.
Al-Murtadha (407-413H);
14.
Al-Mustafti,
Al-Mu’tamid, dan Umayyah bin Abdurrahman (413-422H). [6]
Pada masa didirikannya
dinasti Umayyah II ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan
baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan
masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal
sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara
bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa
yang cinta ilmu.[7]
Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath.
Bani Umayyah II mencapai puncak kejayaannya pada masa al Nashir dan
kekuasaannya masih tetap dapat dipertahankan hingga masa kepemimpinan Hakam II Al-Muntashir
(350-366/961-976).
Berdasarkan uraian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan berdirinya kekuasan Daulah Bani
Umayyah II, maka cukup banyak terjadi pengembangan dan kemajuan terkait bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan penguasa pada
masa tersebut sangat mecintai ilmu pengetahuan, maka lahirlah ilmuwan- ilmuwan pada masa tersebut.
B. Kemajuan Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Umayyah II
Pada periode ini umat
Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan Daulah Bani
Abbasiyah di Baghdad, terutama kemajuan di bidang pendidikan ditandai dengan
berdidirinya kutab-kutab yang menyebar sampai ke pinggiran kota. Pada lembaga
ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Fikih;
2. Bahasa;
3. Sastra;
4. Musik dan;
5. kesenian.[8]
Selain itu tidak dapat
dipungkiri bahwa Islam di Spayol merupakan tonggak sejarah peradaban,
kebuadayaan dan pendidikan pada abad ke VIII hingga akhir abad ke XIII. [9] Hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan, dan intelektual.[10] Pada
saat itu Islam di Cordova telah memiliki universitas yang menjadi kebanggan
umat Islam yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdurrahman Al-Nasir. [11]
Universitas ini
merupakan universitas yang termasyhur
di seluruh dunia, setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Nazamiyah di
Bagdad. Universitas ini juga merupakan pilihan utama generasi muda yang
mencitai ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia termasuk mahasiswa
Kristen dari Eropa. Selain Universitas Cordova terdapat juga Universitas Servilla,
Malaga, dan Granada, pada perguruan tinggi ini diajarkan Ilmu Kedokteran, Astronomi,
Teologi, Hukum islam, Kimia dan lain sebagainya, namun secara garis besar
perguruan tinggi di Spanyol mempelajari dua konsentrasi ilmu yaitu Filsafat dan
Sains. [12]
Pada masa imperium ini
Daulah Bani Umayyah II cabang ilmu pengetahuan semakin bayak berkembang
meliputi Ilmu Sejarah, Tatabahasa, Geografi, Sains (Kimia), Kedokteran, dan
juga Ilmu Agama seperti Al-Qur’an, Hadits, Fikih, bidang Filsafat, Ilmu Mantik,
Astronomi, ilmu Hitung, dan ilmu yang berkaitan dengannya. [13]Adapun
hal lain yang pantas dilirik pada daerah ini adalah perpustakaan yang pada masa
itu tiada tandingannya, yang menampung kurang lebih empat juta buku yang
mencakup berbagai disiplin ilmu dan buku-buku ini dapat digunakan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut
ilmu.[14]
Perkembangan lainnya yang sangat menonjol pada masa ini ialah memberikan titik
tanda baca pada huruf-huruf Al-Qur’an, sehingga antara satu huruf dengan huruf
yang lain dapat dibedakan, baik huruf itu sendiri maupun tanda bacanya. [15]
Kemudian pada masa Al-Hakam ia juga mendirikan 27
sekolah swasta di Cordova, di samping itu, terdapat pula 70 perpustakaan dan
sejumlah toko buku, dan yang amat menarik lagi adalah adanya sekitar 170 orang
wanita yang bertugas sebagai sebagai penulis kitab suci Al-Qur’an dengan huruf
kufi yang indah, serta 80 sekolah yang diselenggarankan untuk belajar secara
gratis kepada anak-anak fakir miskin. [16]
Dalam sejarah peradaban
Islam, Islam memiliki andil besar dalam khazanah kaum cendekiawan, begitu juga
Cordova yang menyumbangkan banyak sekali ilmuan-ilmuan muslim dalam berbagai
bidang keilmuan, dan namanya tersohor hampir seantero umat manusia. Pada saat
itu Cordova merupakan pusat intelektual di daratan Eropa dalam bentuk
perguruan-perguruan yang sangat terkenal dalam bidang kesusastaraan,
kedokteran, filsafat, maupun musik serta menejemahkan naskah-naskah yunani dan
Latin secara luas. [17]
Dari pusat-pusat
pendidikan inilah lahirnya
sejumlah ilmuan dan filsuf-filsuf
besar. Adapun nama-nama ilmuwan dan filsuf-filsufyang berkembang di Andalusia
pada masa Daulah Dinasti Bani Umayyah II beserta bidang keahliannya ialah
sebagai berikut:
1.
Abu Ubaidah Muslim Ibn
Ubaidah al Balansi Astrolog, ahli hitung, ahli gerakan bintang-bintang, dikenal
sebagai Shahih Al-Qiblat karena banyak sekali mengerjakan penetuan arah shalat;
2.
Abu al Qasim Abbas ibn
Farnas- ahli astronomi- kimia, baik kimia murni maupun terapan adalah dasar
bagi Ilmu Farmasi yang erat kaitannya dengan Ilmu Kedokteran;
3.
Ahmad ibn Iyas al
Qurthubi, ahli kedokteran hidup pada masa Khalifah Muhammad I ibn Abdurrahman II
Ausath;
4.
Al Harrani Yahya ibn
Ishaq Hidup pada masa khalifah Badullah ibn Mundzir;
5.
Abu Daud Sulaiman ibn
Hassan Hidup pada masa awal khalifah al Mu’ayyad;
6.
Abu al Qasim al Zahrawi,
Dokter Bedah, perintis Ilmu Penyakit Telinga dan pelopor Ilmu Penyakit Kulit, di
Barat dikenal dengan Abulcasis. Karyanya berjudul Al-Tashrif li man ‘Ajaza ‘an
Al-Ta’lif, dimana pada abad XII telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan
dicetak ulang di Genoa (1497M), Basle (1541 M) dan di Oxford (1778 M) buku
tersebut menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa;
7.
Abu Marwan Abd al Malik
ibn Habib ahli sejarah, penyair dan ahli nahwu sharaf salah satu bukunya
berjudul Al-Tarikh;
8.
Yahya ibn Hakam ahli Sejarah
dan Penyair;
9.
Muhammad ibn Musa Al-Razi,
ahli sejarah, wafat pada tahun (273H/886M) dan menetap di Andalusia pada tahun (250H/863M);
10. Abu Bakar Muhammad ibn Umar, ahli Sejarah dikenal dengan Ibn Quthiyah,
Wafat 367/977 dan bukunya berjudul Tarikh Iftitah al Andalus;
11. Uraib ibn Saad, ahli sejarah, wafat pada tahun (369H/979M), Meringkas
Tarikh Al-Thabari, menambahkan kepadanya tentang Al-Maghrib dan Andalusia,
disamping memberi catatan indek terhadap buku tersebut;
12. Hayyan Ibn Khallaf ibn Hayyan, sejarawan dan sastrawan, wafat pada tahun (469H/1076),
Karyanya: Al-Muqtabis fi Tarikh Rija Al-Andalus dan Al-Matin.
13. Abu al Walid Abdullah ibn Muhammad ibn Al-faradli, ahli sejarah penulis biografi.
Lahir di Cordova tahun (351H/962M) dan wafat (403H/1013M). Salah satu karyanya
berjudul Tarikh Ulama’i al Andalus;
Perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat pada masa Umayyah II tidak terlepas dari kecintaan dan
hasrat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, tidak hanya dikalangan penduduk
akan tetapi juga terlebih di kalangan penguasa. Pada masa Al-Muntashir terdapat
tidak kurang dari 800 buah sekolah, 70 perpustakaan pribadi disampin
perpustakaan umum.[18]
Berdasarkan uraian di
atas maka dapat disimpukan bahwa ilmu pengetahuan pada masa Umayyah II
berkembang pesat karena kecintaan dan hasrat yang tinggi terhadap ilmu
pengetahuan, hal ini tidak hanya terjadi dikalangan penduduk akan tetapi juga
di kalangan penguasa, sehingga pada masa itu lahirlah sekolah-sekolah, perguruan tinggi yang setara
dengan Universitas
Al-Azhar di Cairo dan Nazamiyah di Bagdad yang di kenal dengan
Universitas Cordova, perpustakan-perpustakan serta berkembangnya berbangai ilmu
pengetahuan diantaranya Sejarah, Tatabahasa, Geografi, Sains (Kimia), Astronomi,
Kedokteran, Musik, Kesenian dan juga Ilmu Agama seperti Al-Qur’an, Hadits,
Fikih, bidang Filsafat, Ilmu Mantik, Ilmu Hitung, dan Teologi. sehingga
lahirnya ilmuan-ilmuan Muslim pada masa Daulah Bani Umayyah II.
C. Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Islam pada Masa
Daulah Bani Umayyah II (Spanyol)
Adapun faktor-faktor
pendukung kemajuan pendidikan Islam pada masa Daulah Bani Umayyah II (Spanyol)
ialah sebagai berikut:
1. Adanya dukungan dari penguasa, hal ini dikarenakan penguasa sangat
mencintai ilmu pengetahuan dan bewawasan jauh kedepan
2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyyol yang
terkenal (universitas Cordova, Sivelia, Malaga, Granada)
3. Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat
wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan.
4. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Bagdad dan Umayyah di Spayol dalam
bidang ilmu Pengetahuan dan Perdaban, kompetisi ini bernilai positif.[19]
Kemudian pemerintah juga memberikan
subsidi yang banyak terhadap pendidikan yakni dengan murahnya buku-buku bacaan,
atau diberikan penghargaan tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah
buku, seberat buku yang diterjemahkannya. Hal yang sangat menarik lagi ialah
pemerintah memberikan subsidi kepada makanan pokok, sehingga masalah pengisian
kepala dan pengisisan perut tidak terlalu dihiraukan lagi dan relatif murah
dijangkau serta didapat oleh masyarakat, dan sangat bertolak belakang dengan
negara Indonesia.[20]
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akan maju
jika adanya dukungan dari penguasa atau pemeritah mereka mendirikan beberapa
sekolah, perguruan tinggi adanya kesatuan dari para sajana Islam dalam menuntut
ilmu dan membawa berbagai macam buku untuk dipelajari bersama sarjawan lainnya,
selain itu adanya keinginan untuk bersaing di dalam menuntut ilmu, dari pelajar
itu sendiri.
D. Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol (Cordova)
Runtuhnya kekuasan Islam di Spanyol
disebakan oleh beberapa faktor , antara lain:
1. Konflik
Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan
Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti
dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam
dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat,
sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.[21]
2. Tidak Adanya
Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para
mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol,
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab
tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10
M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis
non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal
ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di
samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu. [22]
3. Kesulitan
Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol,
para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat
“serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan
ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer. [23]
4. Tidak Jelasnya
Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan
kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah
runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan
Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya
juga disebabkan permasalahan ini.[24]
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil
dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[25]
Berdasarkan hemat saya faktor
penyebab runtuhnya Daulah Dinasti Bani Umayyah II ini disebabkan oleh faktor
konflik Islam dan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi,
tidak ada kejelasan sistem peralihan kekuasaan, keterpencilan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas mengenai “Pendidikan Islam Pada Masa Umayyah II, maka
dapat kita tarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Daulah Bani Umayyah II di Spanyol didirikan oleh Abdurrahman Al-Dakhil bin
Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik Al-Umawi pada tahun (138H), setelah berhasil
melarikan diri dari kejaran Bani Abasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani
Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol, dan merupakan pemerintahan
pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah.
2. perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Umayyah II sangat pesat diantaranya
ilmu sejarah, tatabahasa, geografi, sains (kimia), astronomi, kedokteran, musik,
kesenian dan juga ilmu agama seperti al-qur’an, hadits, fikih, bidang filsafat,
ilmu mantik, ilmu hitung, dan teologi, serta lahirnya sekolah (Kutab) pada masa
itu, perguruan tinggi (universitas Cordova), perpustakan-perpustakan dan
ilmuan-ilmuan Muslim.
3. Faktor kemajuan pendidikan pada masa Umayyah II yaitu adanya dukungan dari penguasa atau
pemeritah, adanya kesatuan dari para sajana Islam dalam menuntut ilmu dan
membawa berbagai macam buku untuk dipelajari bersama sarjawan lainnya, selain
itu adanya keinginan untuk bersaing di dalam menuntut ilmu, dari pelajar itu
sendiri.
4.
Adapun faktor penyebab runtuhnya
Daulah Bani Umayyah II ini disebabkan oleh faktor konflik Islam dan Kristen,
tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak ada kejelasan sistem
peralihan kekuasaan, keterpencilan.
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, 2004.
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Abu
Su’ud, 2003. Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Perannya dalam Peradaban Umat
Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Al-Usayri, 2004.
Sejarah Islam, Jakarta: Akbar.
Badri Yatim, 2008.
Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Grafindo Persada.
Jaih Mubarok, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani
Quraisy.
Musyrifah Sunanto, 2003. Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Penada
Media.
Philip K. Hitti, 2008. The
History of Arabs. Terjemahan dari The History of Arabs; From The Earliest
Times to The Present Oleh R. Cecep Lukman Yasin dan deDi Slamet Riyadi Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Samsul
Nizar, dkk, 2007. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak
Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana.
Siti Maryam, dkk, 2004.
Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta:
Lesfi.
Sri
Suyanta, dkk, 2012. Sejarah dan
Khazanah Pendidikan Islam, Banda Aceh: Bandar Pulishing.
Zuhairini, 2008.
Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 7.
[2] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 87.
[4] Philip K. Hitti, The
History of Arabs. Terjemahan dari The History of Arabs; From The
Earliest Times to The Present Oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2008),
h. 647.
[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam
Klasik, (Jakarta: Penada Media, 2003),
h. 119.
[6] Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan
Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2007), h. 225-226.
[7] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 95.
[8] Abudin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 263.
[9] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban..., (Jakarta: Grafindo
Persada, 2008), h.97.
[10] Abu Su’ud,
Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 83.
[11] Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan ...,
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 98-101.
[12] Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan ...,
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 98-101.
[13] Sri Suyanta, dkk.
Sejarah dan Khazanah Pendidikan Islam, (Banda Aceh: Bandar Pulishing, 2012),
h. 228.
[14] Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan..., (Jakarta:
Kencana, 2007), h. 99-100.
[15] Sri Suyanta,
dkk. Sejarah dan Khazanah..., (Banda Aceh: Bandar Pulishing, 2012), h.
227-228.
[16]
Abu Su’ud,
Islamologi Sejarah, Ajaran, ..., (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 84.
[17] Abu Su’ud,
Islamologi Sejarah, Ajaran, ..., (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 85.
[18] Siti Maryam, dkk, Sejarah
Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2004),
h. 96.
[19] Abudin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 269.
[20] Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan..., (Jakarta:
Kencana, 2007), h. 101.
[21] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008)h.107.
[22] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008) h.107.
[23] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008)h.107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar