Rabu, 23 November 2016

khazanah dan sejarah pendidikan islam



BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Islam merupakan Agama yang yang menempatkan pendidikan pada posisi yang utama, disamping itu Al-Quran juga memiliki banyak sekali pesan yang berhubungannya dengan pendidikan, dan ini dapat dijumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan berbagai ungkapan dan pernyataan. Lebih khusus lagi kata ‘ilmi paling dominan digunakan dalam Al-Quran untuk menunjukan perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan. Pendidikan Islam sendiri tumbuh dan berkembang seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Islam. Pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam itu sendiri.
Oleh karena itu sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya sangat berkaitan erat dengan sejarah Islam. Periodesasi pendidikan Islam selalu berada dalam periode sejarah Islam itu sendiri.[1] Sebagaimana dituliskan dalam sejarah, bahwa pada masa yang silam kemajuan peradaban manusia terjadi pada masa kekuasaan Islam di hampir semua belahan dunia.
Disaat di Eropa sedang berada dalam masa kegelapan (the darkness), di dunia Islam sendiri sedang berada dalam masa kejayaan. Baghdad dan Cordova merupakan salah satu bukti betapa tinggi dan majunya peradaban Islam pada masa itu, jika dilihat dari sisi ilmu pengetahuan pada masa itu, banyak orang Eropa kristen yang belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam makalah yang sederhana ini penulis mencoba untuk memaparkan mengenai pendidikan Islam pada masa Daulaqh Bani Umayyah II. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pengetahuan kita semua khususnya mengenai sejarah dan khazanah pendidikan Islam.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah II?
2.      Bagaimana kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II?
3.      Faktor apa saja yang mendukung kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II?
4.      Apa yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol (Cordova)?
C.  Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah II
2.    Untuk mengetahui kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II
3.    Untuk mengetahui Faktor yang mendukung kemajuan pendidikan pada masa Daulah Bani Umayyah II
4.    Untuk mengetahui penyebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol (Cordova)
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk dijadikan barometer atau tolak ukur dari kemajuan-kemajuan Islam pada masa dahulu;
2.    Untuk menambah atau memperkaya pengetahuan;









BAB II
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA UMAYYAH II


A.  Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah II
Sebelum membahas secara rinci mengenai sejarah pendidikan pada masa Umayyah II, terlebih dahulu penulis ingin membahas sekilas mengenai sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah II di Spanyol/Andalusia, pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus, Spanyol/Andalusia dikuasai oleh umat Islam. Sebelum penaklukan Spayol, umat Islam telah menguasai Afrika utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari Daulah Bani Umayyah, dan ini terjadi pada masa khalifah Abdul Malik (685-705M).[2]
Kemudian Bani Umayyah merebut Spanyol dari bangsa Gothia pada masa khalifah Al-Walid ibn ‘Abd Al-Malik (86-96 H/705-715M). Penaklukan Islam di Andaluisa oleh Thariq hampir meliputi seluruh wilayah bagiannya, keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan Musa ibn Al Nushair. [3] Ketika Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun (132H/750M), Andalusia menjadi salah satu provinsi dari Daulah Bani Abasiyah. Salah satu pangeran Dinasti Umayyah yang bernama Abdurrahman ibn Mu’awiyah (Abdurrahman I), cucu khalifah Umawiyah kesepuluh Hisyam ibn Abd Al-Malik berhasil melarikan diri dari kejaran orang-orang Abasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi gelar Al-Dakhil (pendatang baru).[4]
Al-Dakhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar Amir Al- Mu’minin. Sejak saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya adalah Abdurrahman Al-Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik Al-Umawi.
Al-Dakhil berhasil meletakan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah Bani Umayyah II di Spanyol. Pusat kekuasan Umayyah di Spanyol dipusatkan di Cordova sebagai ibu kotanya. Al Dakhil berkuasa selama 32 tahun, dan selama masa kekuasaannya ia berhasil mengatasi berbagai masalah dan ancaman, baik pemberontakan dari dalam maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhan Al-Dakhil sangat disegani dan ditakuti, karenanya ia dijuliki sebagai Rajawali Quraisy.[5]
Dengan demikian, maka mulailah peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah II). Adapun nama-nama tokoh Daulah Bani Umayyah II yang terkemuka diantaranya:
1.      Abdurrahman Al-Dakhil (138H-172H);
2.      Hisyam bin Abdurrahman (172-180 H);
3.      Hakam I bin Hisyam (180-206 H);
4.        Abdurrahman bin Hakam (206-238H);
5.        Muhammad bin Abdurrahman (238-273 H);
6.        Mundzir bin Muhammad (273-275 H);
7.        Abdullah bin Muhammad (275-300 H);
8.        Abdurrahman bin Muhammad/ Abdurrahman III (300-350 H);
9.        Hakam II (350-366 H);;
10.    Hisyam II (366-399 H)
11.    Muhammad II Al-Mahdi (399-400 H);
12.    Sulaiman Al-Mustain (400-407 H);
13.    Al-Murtadha (407-413H);
14.    Al-Mustafti, Al-Mu’tamid, dan Umayyah bin Abdurrahman (413-422H). [6]
Pada masa didirikannya dinasti Umayyah II ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.[7] Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath. Bani Umayyah II mencapai puncak kejayaannya pada masa al Nashir dan kekuasaannya masih tetap dapat dipertahankan hingga masa kepemimpinan Hakam II Al-Muntashir (350-366/961-976).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan berdirinya kekuasan Daulah Bani Umayyah II, maka cukup banyak terjadi pengembangan dan kemajuan terkait bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan  penguasa pada masa tersebut sangat mecintai ilmu pengetahuan, maka lahirlah  ilmuwan- ilmuwan pada masa tersebut.

B.  Kemajuan Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Umayyah II
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad, terutama kemajuan di bidang pendidikan ditandai dengan berdidirinya kutab-kutab yang menyebar sampai ke pinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
1.    Fikih;
2.    Bahasa;
3.    Sastra;
4.    Musik dan;
5.    kesenian.[8]
Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Spayol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebuadayaan dan pendidikan pada abad ke VIII hingga akhir abad ke XIII. [9] Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, dan intelektual.[10] Pada saat itu Islam di Cordova telah memiliki universitas yang menjadi kebanggan umat Islam yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdurrahman Al-Nasir. [11]
Universitas ini merupakan universitas yang termasyhur di seluruh dunia, setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Nazamiyah di Bagdad. Universitas ini juga merupakan pilihan utama generasi muda yang mencitai ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa. Selain Universitas Cordova terdapat juga Universitas Servilla, Malaga, dan Granada, pada perguruan tinggi ini diajarkan Ilmu Kedokteran, Astronomi, Teologi, Hukum islam, Kimia dan lain sebagainya, namun secara garis besar perguruan tinggi di Spanyol mempelajari dua konsentrasi ilmu yaitu Filsafat dan Sains. [12]
Pada masa imperium ini Daulah Bani Umayyah II cabang ilmu pengetahuan semakin bayak berkembang meliputi Ilmu Sejarah, Tatabahasa, Geografi, Sains (Kimia), Kedokteran, dan juga Ilmu Agama seperti Al-Qur’an, Hadits, Fikih, bidang Filsafat, Ilmu Mantik, Astronomi, ilmu Hitung, dan ilmu yang berkaitan dengannya. [13]Adapun hal lain yang pantas dilirik pada daerah ini adalah perpustakaan yang pada masa itu tiada tandingannya, yang menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin ilmu dan buku-buku ini dapat digunakan untuk  seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.[14] Perkembangan lainnya yang sangat menonjol pada masa ini ialah memberikan titik tanda baca pada huruf-huruf Al-Qur’an, sehingga antara satu huruf dengan huruf yang lain dapat dibedakan, baik huruf itu sendiri maupun tanda bacanya. [15]
Kemudian  pada masa Al-Hakam ia juga mendirikan 27 sekolah swasta di Cordova, di samping itu, terdapat pula 70 perpustakaan dan sejumlah toko buku, dan yang amat menarik lagi adalah adanya sekitar 170 orang wanita yang bertugas sebagai sebagai penulis kitab suci Al-Qur’an dengan huruf kufi yang indah, serta 80 sekolah yang diselenggarankan untuk belajar secara gratis kepada anak-anak fakir miskin. [16]
Dalam sejarah peradaban Islam, Islam memiliki andil besar dalam khazanah kaum cendekiawan, begitu juga Cordova yang menyumbangkan banyak sekali ilmuan-ilmuan muslim dalam berbagai bidang keilmuan, dan namanya tersohor hampir seantero umat manusia. Pada saat itu Cordova merupakan pusat intelektual di daratan Eropa dalam bentuk perguruan-perguruan yang sangat terkenal dalam bidang kesusastaraan, kedokteran, filsafat, maupun musik serta menejemahkan naskah-naskah yunani dan Latin secara luas. [17]
Dari  pusat-pusat  pendidikan  inilah  lahirnya  sejumlah  ilmuan dan filsuf-filsuf besar. Adapun nama-nama ilmuwan dan filsuf-filsufyang berkembang di Andalusia pada masa Daulah Dinasti Bani Umayyah II beserta bidang keahliannya ialah sebagai berikut:
1.      Abu Ubaidah Muslim Ibn Ubaidah al Balansi Astrolog, ahli hitung, ahli gerakan bintang-bintang, dikenal sebagai Shahih Al-Qiblat karena banyak sekali mengerjakan penetuan arah shalat;
2.      Abu al Qasim Abbas ibn Farnas- ahli astronomi- kimia, baik kimia murni maupun terapan adalah dasar bagi Ilmu Farmasi yang erat kaitannya dengan Ilmu Kedokteran;
3.      Ahmad ibn Iyas al Qurthubi, ahli kedokteran hidup pada masa Khalifah Muhammad I ibn Abdurrahman II Ausath;
4.      Al Harrani Yahya ibn Ishaq Hidup pada masa khalifah Badullah ibn Mundzir;
5.      Abu Daud Sulaiman ibn Hassan Hidup pada masa awal khalifah al Mu’ayyad;
6.      Abu al Qasim al Zahrawi, Dokter Bedah, perintis Ilmu Penyakit Telinga dan pelopor Ilmu Penyakit Kulit, di Barat dikenal dengan Abulcasis. Karyanya berjudul Al-Tashrif li man ‘Ajaza ‘an Al-Ta’lif, dimana pada abad XII telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan dicetak ulang di Genoa (1497M), Basle (1541 M) dan di Oxford (1778 M) buku tersebut menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa;
7.      Abu Marwan Abd al Malik ibn Habib ahli sejarah, penyair dan ahli nahwu sharaf salah satu bukunya berjudul Al-Tarikh;
8.      Yahya ibn Hakam ahli Sejarah dan Penyair;
9.      Muhammad ibn Musa Al-Razi, ahli sejarah, wafat pada tahun (273H/886M) dan menetap di Andalusia pada tahun (250H/863M);
10.  Abu Bakar Muhammad ibn Umar, ahli Sejarah dikenal dengan Ibn Quthiyah, Wafat 367/977 dan bukunya berjudul Tarikh Iftitah al Andalus;
11.  Uraib ibn Saad, ahli sejarah, wafat pada tahun (369H/979M), Meringkas Tarikh Al-Thabari, menambahkan kepadanya tentang Al-Maghrib dan Andalusia, disamping memberi catatan indek terhadap buku tersebut;
12.  Hayyan Ibn Khallaf ibn Hayyan, sejarawan dan sastrawan, wafat pada tahun (469H/1076), Karyanya: Al-Muqtabis fi Tarikh Rija Al-Andalus dan Al-Matin.
13.  Abu al Walid Abdullah ibn Muhammad ibn Al-faradli, ahli sejarah penulis biografi. Lahir di Cordova tahun (351H/962M) dan wafat (403H/1013M). Salah satu karyanya berjudul Tarikh Ulama’i al Andalus;
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat pada masa Umayyah II tidak terlepas dari kecintaan dan hasrat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, tidak hanya dikalangan penduduk akan tetapi juga terlebih di kalangan penguasa. Pada masa Al-Muntashir terdapat tidak kurang dari 800 buah sekolah, 70 perpustakaan pribadi disampin perpustakaan umum.[18]
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpukan bahwa ilmu pengetahuan pada masa Umayyah II berkembang pesat karena kecintaan dan hasrat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, hal ini tidak hanya terjadi dikalangan penduduk akan tetapi juga di kalangan penguasa, sehingga pada masa itu  lahirlah  sekolah-sekolah, perguruan tinggi  yang  setara  dengan  Universitas  Al-Azhar di Cairo dan Nazamiyah di Bagdad yang di kenal dengan Universitas Cordova, perpustakan-perpustakan serta berkembangnya berbangai ilmu pengetahuan diantaranya Sejarah, Tatabahasa, Geografi, Sains (Kimia), Astronomi, Kedokteran, Musik, Kesenian dan juga Ilmu Agama seperti Al-Qur’an, Hadits, Fikih, bidang Filsafat, Ilmu Mantik, Ilmu Hitung, dan Teologi. sehingga lahirnya ilmuan-ilmuan Muslim pada masa Daulah Bani Umayyah II.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
C.  Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah II (Spanyol)
Adapun faktor-faktor pendukung kemajuan pendidikan Islam pada masa Daulah Bani Umayyah II (Spanyol) ialah sebagai berikut:
1.    Adanya dukungan dari penguasa, hal ini dikarenakan penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan bewawasan jauh kedepan
2.    Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyyol yang terkenal (universitas Cordova, Sivelia, Malaga, Granada)
3.    Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan.
4.    Adanya persaingan antara Abbasiyah di Bagdad dan Umayyah di Spayol dalam bidang ilmu Pengetahuan dan Perdaban, kompetisi ini bernilai positif.[19]
Kemudian  pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan yakni dengan murahnya buku-buku bacaan, atau diberikan penghargaan tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku, seberat buku yang diterjemahkannya. Hal yang sangat menarik lagi ialah pemerintah memberikan subsidi kepada makanan pokok, sehingga masalah pengisian kepala dan pengisisan perut tidak terlalu dihiraukan lagi dan relatif murah dijangkau serta didapat oleh masyarakat, dan sangat bertolak belakang dengan negara Indonesia.[20]
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akan maju jika adanya dukungan dari penguasa atau pemeritah mereka mendirikan beberapa sekolah, perguruan tinggi adanya kesatuan dari para sajana Islam dalam menuntut ilmu dan membawa berbagai macam buku untuk dipelajari bersama sarjawan lainnya, selain itu adanya keinginan untuk bersaing di dalam menuntut ilmu, dari pelajar itu sendiri.

D.  Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol (Cordova)
Runtuhnya kekuasan Islam di Spanyol disebakan oleh beberapa faktor , antara lain:
1.      Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.[21]
 2.      Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu. [22]
3.      Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer. [23]
4.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.[24]
5.      Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[25]
Berdasarkan hemat saya faktor penyebab runtuhnya Daulah Dinasti Bani Umayyah II ini disebabkan oleh faktor konflik Islam dan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak ada kejelasan sistem peralihan kekuasaan, keterpencilan.


BAB III

KESIMPULAN


Berdasarkan uraian di atas mengenai “Pendidikan Islam Pada Masa Umayyah II, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.    Daulah Bani Umayyah II di Spanyol didirikan oleh Abdurrahman Al-Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik Al-Umawi pada tahun (138H), setelah berhasil melarikan diri dari kejaran Bani Abasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol, dan merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah.
2.    perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Umayyah II sangat pesat diantaranya ilmu sejarah, tatabahasa, geografi, sains (kimia), astronomi, kedokteran, musik, kesenian dan juga ilmu agama seperti al-qur’an, hadits, fikih, bidang filsafat, ilmu mantik, ilmu hitung, dan teologi, serta lahirnya sekolah (Kutab) pada masa itu, perguruan tinggi (universitas Cordova), perpustakan-perpustakan dan ilmuan-ilmuan Muslim.
3.    Faktor kemajuan pendidikan pada masa Umayyah II  yaitu adanya dukungan dari penguasa atau pemeritah, adanya kesatuan dari para sajana Islam dalam menuntut ilmu dan membawa berbagai macam buku untuk dipelajari bersama sarjawan lainnya, selain itu adanya keinginan untuk bersaing di dalam menuntut ilmu, dari pelajar itu sendiri.
4.    Adapun faktor penyebab runtuhnya Daulah Bani Umayyah II ini disebabkan oleh faktor konflik Islam dan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak ada kejelasan sistem peralihan kekuasaan, keterpencilan.






DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, 2004. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Abu Su’ud, 2003. Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Al-Usayri,  2004. Sejarah Islam, Jakarta: Akbar.

Badri Yatim, 2008. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Grafindo Persada.
Jaih Mubarok, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Musyrifah Sunanto, 2003. Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Penada Media.
Philip K. Hitti, 2008. The History of Arabs. Terjemahan dari The History of Arabs; From The Earliest Times to The Present Oleh R. Cecep Lukman Yasin dan deDi Slamet Riyadi Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Samsul Nizar, dkk,  2007.  Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana.
Siti Maryam, dkk, 2004. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi.
Sri Suyanta, dkk,  2012. Sejarah dan Khazanah Pendidikan Islam, Banda Aceh: Bandar Pulishing.
Zuhairini, 2008. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.





[1] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 7.

[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 87.
[3] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 70.
[4] Philip K. Hitti, The History of Arabs. Terjemahan dari The History of Arabs; From The Earliest Times to The Present Oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2008),  h. 647.

[5]  Musyrifah Sunanto,  Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Penada Media,  2003), h. 119.
[6]  Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 225-226.

[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 95.
[8] Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 263.

[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban...,  (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h.97.
[10] Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 83.
[11]  Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan ..., (Jakarta: Kencana, 2007), h. 98-101.
[12]  Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan ..., (Jakarta: Kencana, 2007), h. 98-101.
[13] Sri Suyanta, dkk. Sejarah dan Khazanah Pendidikan Islam, (Banda Aceh: Bandar Pulishing, 2012), h. 228.

[14]  Samsul Nizar, dkk. Sejarah Pendidikan..., (Jakarta: Kencana, 2007), h. 99-100.
[15] Sri Suyanta, dkk. Sejarah dan Khazanah..., (Banda Aceh: Bandar Pulishing, 2012), h. 227-228.
[16] Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, ..., (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 84.
[17] Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, ..., (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 85.
[18] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2004), h. 96.

[19] Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 269.

[20] Samsul Nizar,  dkk. Sejarah Pendidikan..., (Jakarta: Kencana, 2007), h. 101.
[21] Badri Yatim, Sejarah Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008)h.107.
[22] Badri Yatim, Sejarah Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008) h.107.
[23] Badri Yatim, Sejarah Peradaban ..., (Jakarta: Grafindo Persada, 2008)h.107.
[24] Ahmad Al-Usayri,  Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar, 2004), h. 34.
[25] Ahmad Al-Usayri,  Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar, 2004), h. 346.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 11.  Surat Apakah di dalam al-Qur’an yang menerangkan tentang keesaan Allah swt? a.     al-‘Ashr b. ...